Wisata

Tradisi Ngarot dari Indramayu Tampil di Acara Cap Go Meh Bogor 19 Februari 2019

BOGOR-KITA.com – Tradisi ngarot. Adakah yang masih mengetahui apa itu tradisi ngarot? Tradisi ngarot ini akan tampil di ajang Cap Go Meh yang lokasi penyelenggaraannya dipusatkan di Jalan Suryakencana, Kota Bogor, Selasa, 19  Februari 2019 malam.

Selain tradisi ngarot, Cap Go Meh juga akan menampilkan seni budaya Sunda lainnya seperti Jaipong, Seni Kuda Renggong dan lainnya.

Seni budaya ngarot menjadi perhatian tersenidiri, karena tradisi ini konon hanya terdapat di Desa/Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Tradisi yang rutin digelar tiap bulan Desember ini terbilang unik. Sebagian masyarakat di Kecamatan Lelea mempercayai bila ngarot merupakan saat penting bagi para remaja untuk mendapatkan pasangan hidup. Jodoh yang didapat dari ritual ngarot, konon sering membuat kekal pasangan suami istri. Tak heran bila setiap upacara ini digelar, banyak pemuda dan pemudi turut serta. Dan sebagian peserta selalu pulang dengan wajah cerah dan hati berbunga-bunga.

Perawan dan Perjaka

Pada mulanya, upacara ngarot dirintis oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Awalnya, upacara tersebut bukan diperuntukkan sebagai “pesta mencari jodoh” seperti yang terjadi sekarang.

Ngarot yang menurut bahasa Sunda berarti minum, merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam.

Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta ngarot sebagai ungkapan rasa syukur kepada tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m persegi.

Baca juga  Fadli zon Ingin Pemkab Bogor Lestarikan Pencak Silat Cimande

Sawah tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bekerja seperti tandur, ngarambet (menyiangi), panen padi, atau memberi konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah itu.

Jadi, upacara ngarot, dulunya, bukanlah sarana mencari jodoh, melainkan arena pembelajaran bagi para pemuda agar pintar dalam ilmu pertanian. Akan tetapi, upacara ngarot berkembang menjadi ajang mencari jodoh atau pasangan hidup.

Siapa saja yang boleh ikut upacara ngarot?

Sejak dulu, upacara ini hanya boleh diikuti para perjaka dan perawan. Upacara ini biasanya dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para muda-mudi berpakaian warna warni di halaman rumah Kuwu. Mereka dengan wajah penuh keceriaan berduyun-duyun menuju halaman rumah Pak Kuwu.

Pakaian mereka indah-indah, dilengkapi aksesoris gemerlap, seperti kalung, gelang, giwang, bros, peniti emas, dan hiasan rambut.

Untuk memikat hati para jejaki, para gadis selalu mengenakan kacamata dan kepalanya penuh ditaburi bunga warna-warni seperti kenanga, melati, mawar dan kantil.

Upacara Ngarot ditandai dengan pawai arak-arakan sejumlah gadis dan perjaka desa. Para gadis berbusana kebaya yang didominasi warna merah, berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga.

Baca juga  Pertama di Indonesia, Mesin Capit Boneka FunClaw Hadir di Cibinong City Mall

Mereka berjalan mengelilingi kampung. Sementara para jejaka tingting mengenakan baju pangsi warna kuning dan celana gombrang warna hitam, lengkap dengan ikat kepala, mengikuti di barisan belakang.

Seusai pesta pawai, semua peserta ngarot masuk aula balai desa. Sambil duduk berhadap-hadapan dan ditonton orang banyak, mereka dihibur dengan seni tradisional tari ronggeng ketuk yang dimainkan penari wanita degan pasangan pria.

Seni ronggeng ketuk ini dimaksudkan untuk ngabibita (menggoda) agar para jejaka dan gadis saling bepandang-pandangan, untuk selanjutnya saling jatuh cinta. Ketika itu para jejaka dan perawan sama-sama bergembira ria.

Janda-Duda

Beda dengan duda dan janda, atau remaja yang sudah kehilangan keperawanan dan keperjakaannya.  Bagi mereka ini, pesta ngarot merupakan upacara yang paling dihindari. Sebab bila mereka coba-coba menjadi peserta, bukan hanya aib yang bakal diterima, tapi juga malapetaka.

Konon, jika seorang gadis tak perawan nekat mengikuti pawai arak-arakan ngarot, maka bunga melati yang terselip di rambutnya, dengan sendirinya akan layu. Bila hal itu terjadi, maka si gadis akan mendapat aib karena sudah kehilangan kehormatan diri.

Tuah negatif untuk kaum janda berlaku pada saat berlangsung acara pokok ngarot. Yakni ketika acara saling tatap mata dengan para jejaka. Wajah janda atau gadis tapi sudah tak perawan, meskipun sebelumnya berwajah cantik, tiba-tiba menjadi buruk rupa. Otomatis ia tidak akan mendapatkan pasangan. Bahkan yang lebih menakutkan, jika janda dan gadis tak perawan tadi nekat mengikuti upacara ngarot, ia tak akan mendapat jodoh seumur hidup. Bagi kaum duda dan pemuda tak perjaka pun berlaku hal serupa.

Baca juga  Omzet Pedagang Mainan di Perayaan Cap Go Meh Kota Bogor Menurun

Konon,  sejak tahun 1990-an hingga sekarang, hampir 80 persen peserta ngarot berhasil mendapatkan pasangan hidup menjalin rumah tangga dengan rukun. Namun belakangan, peserta Ngarot mulai menyusut. Anak remaja di Desa Lelea, kini sudah mulai enggan mengikuti pawai ngarot. Entah apa penyebabnya. Akan tetapi, jika ingin mendapatkan jodoh yang masih “asli”, orang-orang tua di Indramayu menyarankan agar memilih peserta ngarot.

Salah satu aksesoris dalam pesta ngarot adalah bunga, kalung gelang, cincin, kebaya, selendang. Semuanya ada artinya.

Bunga Kenanga pesannya agar para remaja putri tetap menjaga keperawanannya.  Bunga melati pesannya agar para remaja putra dan putri menjaga kebersihan diri dan kesuciannya. Bunga Kertas pesannya agar remaja putri harus menjaga kecantikannya sebagai kembang desa.

Kalung, gelang dan cincin mengandung pesan bahwa petani harus bekerja keras dalam menggarap sawah. Gelang akar bahar mengandung pesan bahwa seorang jajaka (perjaka) harus melindung dan mengayomi keluarga dan masyarakat.

Pakaian kebaya dan komboran bermakna pakaian khas yang berpesan agar masyarakat harus menjaga dan melesatarikan pakaian adat petani. Selendang mengandung pesan bahwa remaja putri harus menjaga penampilan fisik agar terlihat cantik dan menarik. [] Admin/dari berbagai sumber

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top