Kab. Bogor

Sudut Pandang, Kenapa Beda?

syarifudin yunus
Syarifudin Yunus

Oleh: Syarifudin Yunus,

Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka Bogor

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Dalam hal apa pun. Selalu ada sudut pandang yang berbeda. Selalu tidak sama. Ada yang ke kiri, ada yang ke kanan. Ada yang merasa benar ada yang merasa salah. Ada yang jadi pemain, ada yang jadi penonton. Ada yang bergerak ada yang berdiam diri. Selalu ada dua sudut pandang. Atas peristiwa apa pun, atas sebuah masalah.

Seperti hujan, ada yang menganggap anugerah ada yang bilang musibah. Matahari pun bisa disambut bergairah atau berkilah. Lagi-lagi, selalu ada dua sudut pandang. Beda pandangan, beda pemahaman, Objek boleh sama tapi sudut pandang berbeda. Seperti hidup, ada yang melihat sebagai jalan terang. Tapi tidak sedikit pula yang menyebut jalan gelap. Begitulah adanya.

Baca juga  OPINI: Apa Itu Literat?

Ada dua sudut pandang.

Bagi kaum pecinta dunia. Kehilangan harta, pasti dilihat sebagai musibah. Saat dimusuhi kawan, pasti merasa kecewa. Sudut pandang duniawi namanya. Tapi bagi kaum pecinta bukan dunia. Berbeda sudut pandangnya. Kehilangan harta, justru disyukuri karena harta telah membuatnya “lupa” sang pencipta. Saat dimusuhi kawan, malah bersyukur karena Allah tunjukkan sifat aslinya.

Begitu pula kiprah pegiat literasi di taman bacaan. Ada yang optimis, ada yang pesimis. Ada yang monoton, ada yang kreatif. Tinggal model apa yang mau diterapkan? Taman bacaan itu seperti cinta. Selalu punya dua sudut pandang. Positif atau negatif. Ada yang bilang baik, ada pula yang bilang tidak baik. Maka taman bacaan pun butuh cara untuk menyikapinya. Agar tetap eksis, tetap berkontribusi kepada masyarakatnya.

Baca juga  IPW Kecam Keras Teror Kepala Babi Ke Kantor Tempo

Maka tidak usah khawatir. Karena selalu ada dua sudut pandang. Karena manusia tidak sama. Gelap atau terang. Optimis atau pesimis. Negatif atau positif. Bahkan “tetap sepi di keramaian atau ramai di kesepian”. Itu soal sudut pandang.

Sudut pandang boleh berbeda. Tapi percayalah. Jika Allah SWT itu sumber kebaikan. Maka keburukan tidak akan pernah datang dari-Nya. Dan sebaliknya, siapa pun bila merasa hidup dalam kegelapan. Maka cahaya terang pun tidak akan pernah diberikan-Nya. Semua tergantung sudut pandang kita.

Manusia memang tidak sama. Ada yang “sabar” dulu lalu “bersyukur”. Ada pula yang “bersyukur” dulu kemudian “bersabar”. Maka tetaplah memahami keadaan dan bersikap realistis. Nikmat yang ada, jalani prosesnya. Asal tetap berada di jalan kebaikan, jalan yang menebar manfaat untuk banyak orang.

Baca juga  Kapan Bahasa Disebut Salah Kaprah, Salah Paham?

Sudut pandang atau point of view manusia, pasti beda.

Namun ketahuilah, apa yang ada pada kita saat ini, Itulah yang pas dan pantas dari Allah SWT untuk kita. Biarkan sudut pandang bergulir sendiri, hingga menemukan ujungnya. Bila tidak sama, kenapa tidak boleh beda? Salam literasi. []

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top