Resmi Dibuka, COP30 jadi Momentum Indonesia Perkuat Implementasi Aksi Iklim
BOGOR-KITA.com, BELEM – Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP30) resmi dibuka melalui rangkaian sidang pembukaan Opening of COP30/CMP20/CMA7/SBI63/SBSTA63 di Kota Belem, Brasil pada Senin (10/11/2025).
Pembukaan diawali dengan pidato dari Presiden COP29, Mukhtar Babayev, yang kemudian secara simbolis menyerahkan tongkat estafet Presidensi COP UNFCCC kepada Presiden COP30, Andréa Aranha Corrêa do Lago.
Dalam sambutannya, Mukhtar Babayev mengingatkan bahwa seluruh negara kini menghadapi krisis iklim dengan karakteristik yang berbeda-beda. Ia menekankan pentingnya persatuan global melalui semangat multilateralisme dalam menghadapi tantangan tersebut.
“Dalam situasi ini, kita harus bersatu dan menguatkan multilateralisme untuk membangun kontribusi bersama yang lebih ambisius dan efektif,” ujar Mukhtar Babayev.
Babayev juga mengajak seluruh pihak untuk merangkul semangat mutirão, semangat gotong royong khas Brasil sebagai bentuk kerja sama inklusif dan produktif dalam mempercepat aksi iklim.
Sementara itu, Presiden COP30, Andréa Corrêa do Lago, menyampaikan semangat optimisme untuk menghadapi krisis iklim melalui kerja sama multilateral yang berbasis ilmu pengetahuan.
“Sains, edukasi, dan kebudayaan telah menunjukkan kepada kita cara membangun peradaban manusia, dan dalam memerangi perubahan iklim, multilateralisme adalah jalannya,” kata Andrea.
Andrea menegaskan bahwa COP30 harus dikenang sebagai “COP implementasi adaptasi” sekaligus “COP yang memajukan iklim terintegrasi dengan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja. Namun di atas semua itu, ia berharap COP30 menjadi COP of Truth, dengan sains sebagai dasar kebijakan.
Sekretaris Eksekutif UNFCCC, Simon Stiell, juga mengingatkan kembali kesepakatan Paris 2015 yang menjadi tonggak penurunan emisi global.
“Meski kurva emisi mulai menurun, masih banyak pekerjaan besar untuk memperkuat ketahanan iklim dan mempercepat transisi energi,” katanya.
Stiell mengajak seluruh delegasi mendukung COP30 dengan semangat ekosistem sungai Amazon, yang saling bergantung satu sama lain, sebagai simbol kerja sama lintas sektor dan negara.
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, meluncurkan Call for Action berisi tiga poin utama. Pertama, Brasil mengajak seluruh negara mematuhi komitmen iklim melalui formulasi dan implementasi Nationally Determined Contributions (NDC) yang ambisius dengan dukungan Means of Implementation (MoI) yang memadai.
Kedua, Lula menyerukan percepatan aksi iklim global dan mengusulkan pembentukan Climate Council yang terhubung langsung dengan Majelis Umum PBB untuk memperkuat status politik isu perubahan iklim.
“Ketiga, Brasil menegaskan bahwa manusia harus menjadi inti dari agenda perubahan iklim, karena pemanasan global dapat mendorong jutaan orang kembali ke jurang kemiskinan dan kelaparan,” ungkapnya.
Delegasi Indonesia dalam COP30 dipimpin oleh Utusan Khusus Presiden bidang Perubahan Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, menjelaskan, Indonesia mengusung dua strategi utama dalam konferensi ini. Pertama, hard diplomacy melalui negosiasi tujuh agenda utama, antara lain Global Stocktake, National Adaptation Plans (NAPs), Just Transition, dan Global Goal on Adaptation (GGA).
Kedua, lanjut Hashim soft diplomacy melalui Paviliun Indonesia yang menampilkan aksi mitigasi dan adaptasi iklim, perdagangan karbon, serta kerja sama bilateral dengan berbagai negara dan lembaga mitra.
“COP30 menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperkuat komitmen dan implementasi aksi iklim secara konkret,” jelas Hashim didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq dan Deputi bidang Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon
Delegasi Indonesia melibatkan lintas kementerian, antara lain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Luar Negeri, Bappenas, KKP, Kementan, Kemenkop UKM, Kemenko Perekonomian, dan Kementerian ESDM. [] Ricky
