Kab. Bogor

Puskesmas Parung Atasi Masalah Tuberculosis dengan Inovasi JAPATI

BOGOR-KITA.com, PARUNG – Saat ini pemerintah Indonesia melakukan akselerasi pencapaian Program Pengendalian Tuberculosis (TB) dengan melakukan ekspansi strategi (Directly Observed Treatment Shortcourse) DOTS pada semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas yang ada dan melibatkan semua sektor terkait dalam suatu bentuk kemitraan. Kemitraan ini sangat penting mengingat pemahaman yang benar tentang Tuberkulosis di masyarakat masih belum seperti yang diharapkan. Rendahnya keterlibatan masyarakat dalam penjaringan suspek TB tidak terlepas dari pemahaman yang benar tentang TB, bagaimana penularannya, kriteria pasien tersangka TB serta upaya pencegahan.

Pendampingan aktif kepada pasien selama pengobatan TB membutuhkan waktu yang lama sesuai dengan aturan pengobatan yang memenuhi standar, terkadang merupakan salah satu faktor penghambat yang memungkinkan terjadinya ketidak patuhan pasien dalam menelan obat. Disamping itu, masih adanya stigma tentang TB, serta terbatasnya informasi, bagaimana pelayanan dan pengobatan TB di masyarakat mempengaruhi motivasi pasien untuk sembuh. Untuk pengendalian masalah tersebut peran masyarakat sebagai Kader Kesehatan dan petugas di Sarana Pelayanan Kesehatan terdepan sangatlah penting untuk menjadi tenaga penyuluh melacak pasien serta mendampingi Pengawas Minum Obat (PMO), pasien, dan keluarganya.

Baca juga  Ini Pemenang Pilkades Serentak Di 5 Desa Di Kecamatan Rancabungur

Puskesmas Parung merupakan puskesmas dengan wilayah binaan yang cukup luas yaitu terdiri dari 6 desa. Namun permasalahan yang muncul adalah penanggulangan TB belum dapat dilakukan secara optimal.

“Kasus TB mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tercatat tahun 2018 ditemukan 120 kasus dan tahun 2019 sebanyak 150 kasus. Hal tersebut dapat diketahuai berdasarkan skrinig terhadap pasien suspect TB. Artinya banyak di masyarakat yang tidak terjaring kasus TB positif,” ujar dr. Dini Sri Agustin, Kepala Puskesmas Parung.

Berdasarkan fakta tersebut, TBC tidak mungkin diselesaikan sektor kesehatan sendiri khususnya. Keberhasilan pengendalian TBC dicapai jika seluruh jajaran secara proaktif dilibatkan. Berdasarkan konsep tersebut, tercetuslah ide di Puskesmas Parung untuk memfasilitasi seluruh keterlibatan masyarakat, lintas sektor dan berbagai pihak terkait (elemen yang terlibat) mendukung pengendalian TBC melalui inovasi JAPATI (Jemput Pasien TB dengan Hati).

Baca juga  Ratusan Bangunan Liar di Sepanjang Jalur Jalan Simpang Salabenda Bakal Dibongkar

Implementasi inovasi ini didukung Kader JAPATI dan pemangku kepentingan. Kader JAPATI bergerak door to door di masyarakat menjaring suspek/kontak TB BTA positif, memberikan KIE dan pendampingan minum obat. Pemangku kepentingan memfasilitasi masyarakat menjalankan inovasi tersebut.

Inovasi JAPATI sejalan dengan salah satu kegiatan Program PIS/PK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) dimana salah satu indikatornya yaitu, Penderita TB Paru berobat sesuai dengan standar pada point 6 PIS/PK. [] Hari/IGA

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top