Proses Panjang Quality Control dari Bajawa hingga Flores Timur Demi Tebar Hewan Kurban Berkualitas
BOGOR-KITA.com, NUSA TENGGARA TIMUR — Cerita Quality Control (QC) kali ini datang dari Tanah Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menyambut Program Tebar Hewan Kurban (THK) 2025, Dompet Dhuafa masih konsisten menggaungkan kurban hingga pelosok negeri.
Pada Rabu (14/5/2025), dari Ibu Kota Kupang, Tim QC Dompet Dhuafa melakukan perjalanan udara selama satu jam menuju Larantuka, Flores Timur. Demi menggapai titik QC di Bajawa, kami melanjutkan perjalanan darat selama 12 jam lebih. Tak mudah, sebab jalan pegunungan penuh tikungan.
Sesampainya di Bajawa, Kamis (15/05/2025), kami melangsungkan proses QC di titik pertama, yaitu di Desa Langagedha. Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) NTT, Muhidal Bukhori atau Ustaz Muhidur dan Volunteer Dompet Dhuafa, Miya Sriwinarti pun turut berpartisipasi dalam proses QC ini.
Tradisi Unik Peternak Sapi Bajawa
Bajawa yang dikenal sebagai kawasan pegunungan dengan curah hujan yang tinggi tentu mempengaruhi kesuburan tanah, termasuk padang rumputnya yang subur. Kota Dingin, sebutannya. Ini mempengaruhi profesi masyarakatnya yang mayoritas adalah petani dan peternak. Hamparan ladang kopi, kedelai, hingga jagung terlihat begitu subur.
Bajawa memiliki tradisi unik dalam sektor peternakannya. Bila kebanyakan hewan ternak dibesarkan di kandang, Sapi Bajawa justru dibiarkan bebas di padang rumput. Begitu pula dengan kambingnya.
Paman Sintus–salah satu peternak bercerita tentang cara tradisional beternak sapi di Bajawa. Sapi Bajawa tak pernah tinggal di kandang. Sapi dibiarkan mencari makan dan hidup di padang rumput dengan kondisi terikat. Bahkan dalam kondisi hujan sekalipun.
Menurutnya, metode seperti ini membuat sapi lebih sehat dengan daya tahan tubuh yang lebih kuat. Dengan pakan alami rumput liar yang subur, peternak tak perlu menambahkan konsentrat untuk membuat sapi lebih gemuk. Tak diragukan, memang Sapi Bajawa terkenal lebih unggul dari sapi jenis lainnya.
“Sapi saya tak kenal vitamin atau obat, karena memang tak pernah sakit. Dia tumbuh alami di habitatnya, di daerah pegunungan ini (Bajawa). Di sini memang tradisinya seperti ini, tak mengenal kandang. Warga bekerja sebagai peternak, punya 3-5 sapi. Setiap hari hanya berpindah-pindah padang rumput saja. Diikat, talinya pun panjang, jadi sapi bisa berpindah atau jalan secara bebas. Dagingnya memang lebih bagus dan empuk, gemuk alami,” jelas Paman Sintus.
Ustaz Muhidur pun membenarkan. Ini menjadi alasan mengapa Dompet Dhuafa memilih mengambil sapi dari Tanah Bajawa, tuturnya. Kualitasnya yang tinggi menjadikan hewan kurban terjamin terdistribusi dalam kondisi sehat, baik dan tentunya sesuai syariat.
Hewan kurban yang memenuhi syarat Dompet Dhuafa yakni hewan telah mengalami pergantian gigi seri atas dan bawah; tidak menunjukkan tanda-tanda sakit seperti lemas, tidak nafsu makan, mata cekung, bulu kusam dan diare; terakhir tidak kurus dan cacat.
Ia menyebutkan, perkiraan jumlah 70 sapi akan didistribusikan di daratan Flores mencakup Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur. Memang, lanjut Ustaz Muhidur, daerah-daerah tersebut mayoritas masyarakatnya masih memiliki kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Termasuk titik pengungsian di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki.
Matahari mulai tergelincir di ufuk barat. Kabut mulai menebal. Kami jeda untuk menunaikan salat Magrib, lalu beranjak ke titik selanjutnya yakni Kampung Kelimolo, Kecamatan Golewa. Bermodal penerangan senter, kami bersama Ustaz Muhidur dan Volunteer Miya tetap melanjutkan QC.
Di setiap perjalanannya kami selalu terpukau dengan cara tradisional yang masih konsisten dilakukan oleh peternak di sana. Di Kelimolo, sapi diukur menggunakan kandang jepit. Sapi yang diikat di kebun dipindahkan ke dalam kandang jepit seukuran tubuhnya. Cara ini memudahkan pengukuran sapi dengan jangka penglihatan yang pendek di malam hari.
“Aku baru pertama kali ini melakukan Quality Control untuk proses kurban. Sekalinya punya kesempatan, selalu dibuat terpukau. Bagiku, ini jadi pengalaman yang mendalam. Apalagi disuguhkan dengan cara tradisional yang justru menghasilkan salah satu jenis sapi terbaik di Indonesia ini,” tutur Miya.
Proses Panjang Quality Control: Kunci Utama Program Tebar Hewan Kurban
Alasan sapi harus diukur pada malam hari itu adalah sapi lolos QC harus segera dibawa menuju salah satu titik distribusi di Flores Timur yang terletak pada gugusan Pulau Flores yaitu Pulau Adonara. Kening Ustaz Muhidur pun berkerut saat memikirkan strategi pendistribusian. Sebab penyeberangan antar pulau berarti sapi harus dipindahkan ke dalam kapal satu per satu dan mempertimbangkan pasang-surut air laut.
“Selain malam ini, besok pagi kita akan ke titik QC selanjutnya. Tantangannya untuk QC sapi di daerah timur adalah satu titik ke titik lainnya itu jauh. Karena sapi memang tidak terkumpul di kandang, terpisah-pisah di kebun atau padang rumput. Jum’at malam sapi harus segera naik truk untuk menuju Pelabuhan Larantuka,” jelas Ustaz Muhidur.
Usai seluruh prosesi, sebanyak 24 sapi lolos QC akan dibawa menggunakan truk dari Bajawa menuju Pelabuhan Larantuka yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Jumat (16/5/2025).
Perjalanan ini memakan seharian penuh. Arah turun dari gunung ditambah banyaknya jalanan tikungan membuat truk harus menempuh kecepatan sekitar 40km/jam. Harus berhati-hati, menjaga agar kaki sapi tidak kram. Di tengah perjalanan, sapi juga menjalani tes kesehatan dari Dinas Kesehatan setempat. Sebab itu juga syarat untuk memindahkan sapi antar pulau.
Sesampai pelabuhan, Miya dan Ustaz Muhidur harus menunggu air laut mencapai pasang. Agar kapal dapat berlabuh dan berangkat lebih mudah. Saat pasang, air laut di sekitar dermaga akan meninggi, membuat kapal mengambang lebih mudah dan tak terbentur dinding dermaga. Kondisi ini lebih aman untuk menaikkan sapi ke dalam kapal.
Pada Ahad (18/5/2025), pukul 00.30 dini hari, sapi baru bisa dipindahkan ke kapal. Proses ini memakan waktu selama 30 menit untuk menaikkan 24 sapi ke atas dua buah kapal. Kemudian kapal berlayar selama satu jam menuju Pulau Adonara.
Perjalanan dan proses panjang QC merupakan rangkaian dari kesuksesan THK Dompet Dhuafa. Menjamah setiap titik di pelosok negeri, terutama daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Tak luput menjaga kualitas setiap hewan kurban agar sehat, bobot tercukupi, berjenis kelamin jantan dan yang pasti sesuai syariat.
Berkurban di Dompet Dhuafa sangat mudah. Dapat dilakukan secara digital melalui digital.dompetdhuafa.org/kurban atau Dompet Dhuafa Apps. Notifikasi laporan kurban akan segera dikirim ke pekurban setelah hewan disembelih. Yuk, tebar semangat berbagi hingga pelosok negeri lewat Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa! [] Dompet Dhuafa