BOGOR-KITA.com, GUNUNG PUTRI – Robby Firliandoko, mahasiswa Program Studi Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana IPB University, bangun kampung siaga di desanya untuk cegah Covid-19. Yakni di RW 09 dan RW 10 Desa Karanggan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Kecamatan Gunung Putri merupakan salah satu zona merah di Kabupaten Bogor. Berdasarkan data Satuan Gugus Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor, update Jumat (24/4/2020) terdapat 23 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Gunung Putri.
Robby menyadari bahwa wabah tidak hanya menyerang kesehatan namun juga aktivitas perekonomian masyarakat, sehingga ketahanan pangan masing-masing warga juga dapat terdampak. Untuk itu, di kampung siaga, ada program sembako dari warga untuk warga.
“Di desa, kami saling bantu. Yang memiliki ekonomi lebih, membantu yang tidak mampu. Prinsipnya dari warga untuk warga. Kami ajak dermawan. Kami ingin saling bantu dari kita untuk kita, untuk itu kami coba libatkan ibu ibu. Kami ingin buat lumbung pangan karena tidak bisa dipungkiri, kita tidak tahu pandemi ini sampai kapan, “ tuturnya.
Lebih lanjut Robby mengatakan, “Kita akan coba antisipasi jika ke depan pangan langka sehingga kita juga punya pondasi lumbung pangan untuk mencukupi kebutuhan di kampung kami. Kami juga melakukan edukasi, menyatukan persepsi dan diskusi dengan RW, mengajak tokoh masyarakat, tokoh agama untuk selalu wanti-wanti ke warga dan mengingatkan agar senantiasa pakai masker,” ujarnya.
Dalam keterangan pers diterima BOGOR-KITA.com, Jumat (24/4/2020) Robby mengatakan bahwa gagasan ini dimulai ketika dirinya aktif dalam sebuah gerakan peduli COVID-19 untuk kota dan Kabupaten Bogor. Dalam gerakan yang bernama Bogor Rise Againts Corona atau BORAC, ini relawan tidak hanya menggalang dana tapi juga melakukan gerakan-gerakan kreatif seperti konser karantina, lelang karya dan gerakan sosial lain sebagainya.
“Kampung siaga ini adalah inspirasi dari teman di sekolah relawan yang mana sekolah relawan membuat kampung siaga dan kebetulan untuk kota dan Kabupaten Bogor belum ada waktu itu. Untuk itu saya menginisiasi untuk kampung saya sendiri dengan berkoordinasi dengan RT dan RW,” ujarnya.
Menurutnya, sebagai agen perubahan di masyarakat, kita harus memberikan contoh dan berupaya mengatasi masalah dengan disiplin dan selalu kompak.
“Praktik kampung siaga juga sebagai implementasi ilmu Komunikasi Pembangunan yang saya terima dari kampus. Karena di IPB saya belajar tentang menjadi agen perubahan, pemetaan tokoh dan bergerak secara partisipatori dengan membangun kesadaran melalui dialog,” kata Robby.
Selain itu, kampung siaga di wilayahnya juga memfasilitasi bila ada warga yang sakit, diupayakan ada koordinasi dengan tenaga kesehatan.
“Jangan sampai ada warga sakit keluar dan malah terpapar di luar. Di kampung siaga kami minta tim medis datang ke rumah, sebaiknya mengurangi berupa kontak fisik, mengurangi bepergian yang sebetulnya itu merupakan episentrum, tempat penyebaran, “ ucapnya.
Di kampung siaga, sebuah lini masyakarat ikut bergerak. Dari para pemudanya, RT, RW Kepala Dusun, DKM hingga tokoh masyarakat. Saat ini kami sedang mendekat ke ibu-ibu pengajian, karena ada beberapa program yang cocok dilakukan oleh ibu pengajian dan PKK.
Rencananya, dengan bantuan ibu-ibu pengajian dan PKK, Robby akan membuat dapur umum untuk antisipasi warga yang membutuhkan. Melalui ibu-ibu juga diharapkan rencana program kegiatan menanam bisa di lakukan. [] Admin