Kab. Bogor

Open BO di Bogor Kian Merajalela, HIV-AIDS Terus Merangkak Naik

Ilustrasi/Istimewa

BOGOR-KITA.com, CIBINONG – Kasus prostitusi online di Kabupaten Bogor kian tak terkendali.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Kabupaten Bogor, Cecep Iman Nagarasid mengatakan, pihaknya mengalami kesulitan dalam mengindentifikasi pelaku praktek prostitusi yang mengunakan aplikasi Michat. Kecuali dengan menyamar sebagai konsumen.

“Kendalanya tidak bisa dipantau, kecuali kita masuk menjadi konsumen,” ujar Cecep Iman kepada wartawan, Senin (3/7/2023).

Lanjut dia, untuk memastikan pelaku prostitusi online tidak semudah seperti pelaku prostitusi konvensional yang menjajakan diri di satu tempat atau di jalan.

Prostitusi di era digital ini cenderung tak nampak secara fisik tapi ada transaksi yang dilakukan lewat aplikasi Michat.

“Jadi untuk menjaringnya harus menjadi pengguna, kalau kita menggerebek ke hotel misalnya, itu tidak bisa apalagi dengan undang-undang yang baru, meski saya tidak melihat aturan itu” pungkasnya.

Baca juga  Polisi Tangkap 2 Germo Open BO di Bogor

Sementara, Direktur Yayasan Lembaga Kajian Sosial (Lekas) Bogor, Muksin Zaenal Abidin mengatakan, saat ini sejumlah aplikasi digital kerap dijadikan alat oleh PSK, mucikari, maupun calon konsumennya untuk bertransaksi seks bebas.

Melalui aplikasi-aplikasi tersebut, calon konsumen dengan bebasnya berselancar memesan PSK yang diinginkannya secara online. Sementara para PSK maupun mucikari, melalui aplikasi tersebut, juga dengan gampangnya mendatangkan diri yang kerap dikenal dengan ‘Open Booking Online (Open BO)’.

Untuk itu, pihaknya sangat setuju jika aplikasi-aplikasi yang berbau prostitusi online tersebut diblokir.

“Aplikasi-aplikasi yang mendukung berkembangnya prostitusi harus diblokir. Makanya pencegahan HIV-AIDS itu perlu kerja sama dan sinergitas semua pihak, terutama pemerintah,

Berkurangnya tempat prostitusi bukan berarti prostitusi berkurang dan potensi penularan HIV-AIDS juga berkurang. Justru berkembangnya prostitusi online melalui aplikasi lebih sulit dikontrol karena setiap orang bisa langsung bertransaksi seks secara langsung,” ujar Muksin kepada wartawan, Senin (3/7/2023).

Baca juga  56 Perusahaan Ikut Tender, Taman Tematik Rumpin Dibangun Tahun Ini

Lebih lanjut Muksin memaparkan kondisi kasus HIV-AIDS di Kota dan Kabupaten Bogor sudah mengkhawatirkan sebab Bogor merupakan urutan kedua terbesar di Jawa Barat.

“Data sampai 2022 terdapat 1.750 kasus HIV dan 851 kasus AIDS di Kota Bogor. Dan 6.058 kasus HIV dan 1.865 kasus AIDS di Kabupaten Bogor. Dan yang lebih mengkhawatirkan HIV-AIDS penularannya sudah merambah ibu rumah tangga dan anak-anak,” ungkapnya.

Makanya, kata dia, penanganan dan pencegahan HIV-AIDS butuh perhatian dan support serius pemerintah. “Selama ini kami lebih banyak mendapat dukungan dari donor. Kalau dari APBD sulit,” tandasnya. [] Danu

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top