Menteri KKP Sambut Mahasiswa Baru Perikanan dan Kelautan, Beberkan Peluang dan Tantangan Masa Depan
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono hadir dalam acara puncak Orientasi Bersama Kampus Perikanan dan Kelautan Indonesia 2021, (12/9/2021). Event ini dihadiri oleh lebih dari 4.400 peserta dari 27 perguruan tinggi di Indonesia.
Acara penyambutan mahasiswa baru Perikanan dan Kelautan ini digelar oleh Fisheries Cyber Center (FCC) website dengan konsep co-creation yang dibangun oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University berkolaborasi dengan Indonesia Telecommunication & Digital Research Institute (ITDRI). Kegiatan ini juga didukung oleh myDigiLearn dan Smarteye.id.
Pada program orientasi bersama ini mahasiswa baru perikanan dan ilmu kelautan mendapat kesempatan untuk mengunjungi semua kampus perikanan dan kelautan perguruan tinggi di Indonesia.
Dekan FPIK IPB University, Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc mengatakan bahwa sudah saatnya mahasiswa baru perikanan dan ilmu kelautan memiliki kemampuan teknologi digital. Mereka harus mampu memanfaatkan sistem digitalisasi data dan informasi perikanan dan kelautan untuk mengembangkan kapasitas diri.
“Mahasiswa dapat mengikuti Program FCC sebagai ekosistem digital kelautan dan perikanan. Dari program ini, mahasiswa dapat memperluas wawasan, jaringan, menemukan permasalahan dan alternatif solusinya. Mahasiswa juga mampu meningkatkan kapasitas big data artificial intelligence dan internet of things dalam menemukan solusi,” ujarnya.
Sementara itu, dalam paparannya, Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa untuk mencapai target sustainable blue economy di Indonesia, salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan potensi mahasiswa. Mahasiswa dapat berperan dalam mengenali permasalahan, mengelola sumberdaya serta mencari solusinya dengan berbagai inovasi-inovasi yang dapat dikembangkan.
“KKP membangun ketahanan pangan melalui tiga program prioritas. Yaitu peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari perikanan tangkap, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor dan pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal untuk perairan tawar, perairan payau dan di laut,” ujarnya.
Pelaksanaan tiga program tersebut, menurutnya, menghadapi beberapa tantangan. Terutama di era 4.0.
“Di era 4.0, pelaksanaan tiga program tersebut menghadapi beberapa tantangan. Seperti konektivitas antara sentra produksi dengan sentra distribusi dan pengolahan. Infrastruktur dan sistem logistik di sentra kelautan dan perikanan yang terbatas. Ditambah dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusia pelaku usaha perikanan serta keterbatasan teknologi informasi,” ujarnya.
Seluruh tantangan tersebut, menurutnya, harus dilihat sebagai peluang bagi mahasiswa. Mahasiswa dapat merintis start up yang menggarap sektor kelautan dan perikanan.
Ia mencontohkan, inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas perikanan tangkap, teknologi pengawasan kapal penangkapan ikan hingga hilirisasi di wilayah pengolahan perikanan dan pengembangan konektivitas di koridor logistik.
“Empat hingga lima tahun ke depan, peran start up kelautan dan perikanan akan didominasi oleh kaum milenial. Sehingga mahasiswa harus bersiap dan beradaptasi dengan situasi yang telah menanti di depan sebagai upaya untuk turut mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan di era industri 4.0 yang berbasis teknologi digital,” imbuhnya. [] Hari