Mengalahkan Kematian dengan Kehidupan
Oleh: Junry Alow M.Div, MTh
(Dosen Univesitas Pelita Harapan, Tangerang)
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Kematian adalah hal yang selalu dihindari oleh manusia. Manusia seperti ingin hidup terus dan tidak ingin mengalami kematian. Kalau bisa manusia tidak mati mati. Itulah yang diinginkan oleh banyak orang. Tetapi kenyataan tentang kematian atau mati tidak dapat dihindari oleh manusia. Manusia perlu mengakrabi kematian itu sendiri karena memang tidak bisa lari dan menghindari kematian.
Mengapa manusia berusaha sekeras mungkin menghindari kematian? Apakah penyebab manusia takut mengalami kematian?
Hal tersebut makin terasa ketika kita ada pada masa pandemi seperti sekarang ini. Kematian terasa begitu dekat dan ada di sekitar kita. Kematian seperti mengendap endap mengincar dan mencari kita untuk diserang dan dipojokkan sehingga tidak berdaya dan akhirnya pasrah menyerah kepada sang kematian.
Pada hakekatnya manusia itu rapuh dan tak berdaya menghadapi kekuatan dan kedahsyatan kematian. Manusia tidak berdaya ketika sang kematian datang dan menjemputnya.
Kematian seperti sosok yang menghantui keberadaan manusia setiap saat. Mengapa manusia sangat ketakutan menghadapi kematian?
Hal inilah yang perlu ditanyakan dalam hidup ini. Misteri apa yang dibawa oleh kematian itu? Mengapa kematian selalu menjadi momok bagi kehidupan manusia? Apakah latar belakang dan pemikiran dibalik kematian itu?
Jika disimak dan ditelusuri arti dan makna kematian, ternyata sangat banyak dan bervariasi, tergantung sudut pandang mana yang hendak dipakai untuk menyorotinya.
Mari kita lihat dan batasi dari sudut pandang sosial masyarakat secara umum di masa pandemi ini
Kematian di tengah pandemi akibat virus corona secara umum dipandang sebagai sebuah musibah dan aib.
Karena pemahaman masyarakat bahwa orang orang yang terkena virus corona di masa pandemi lalu mengalami kematian, diumpamakan seperti terkena “kutuk,” penyakit kusta yang harus disingkirkan, diisolasi, tidak boleh bergaul dengan masyarakat dan mengalami keterbatasan dalam interaksi dan pertemuan pertemuan dengan orang lain.
Tanpa terkecuali termasuk pertemuannya dengan keluarga dan orang orang yang dia sayangi dan cintai.
Dalam pengamatan umum, orang orang yang terkena virus corona dan mengalami kematian, seperti mengalami kehancuran secara psikologi yang membuat mental dan daya tahannya mengalami kerapuhan dan berakibat fatal yang mempercepat proses kematian korban itu sendiri.
Karena secara mental, ketika seseorang dijauhkan dari orang orang yang dia kasihi dan sayangi sekaligus masyarakat di mana orang itu tinggal, itu seperti dianggap tak berguna, “berbahaya” dan oleh sebab itu harus ‘disingkirkan’ secara sengaja, dijauhkan, dipisahkan, yang dalam bahasa sekarang disebut sebagai diisolasi.
Ketika orang mengalami kesendirian, keterpisahan dan keterkucilan, di sinilah sebenarnya pertempuran manusia yang paling ditakuti, banyak orang takut akan ketersendirian dan keterpisahan. Kesendirian untuk bertahan hidup membuat manusia seperti merasa tak berdaya dan menjadi sangat rapuh. Pada titik ini lah kekuatan dan kelemahan mental manusia dipertaruhkan dan berapa banyak yang tidak tahan dan kalah terhadap situasi seperti ini, sehingga berakibat, orang orang mengalami kemerosotan daya tahan dan akhirnya tumbang dikalahkan oleh virus ini.
Kata kuncinya, ketakutan akan kesendirian dan keterkekangan serta banyaknya pikiran yang menghantui para korban membuat mereka mengalami kelelahan dan frustrasi secara emosi dan berdampak pada daya tahannya sehingga merugikan dirinya sendiri dan berakibat fatal yaitu mengalami kematian.
Dukungan orang lain apalagi dukungan keluarga dan orang orang yang dikasihi sangat membantu, menolong dan mutlak sangat diperlukan.
Ada sebuah contoh secara imaginer yang menggambarkan hal ini. Konon ada seorang yang bertanya kepada sang virus corona tentang dampak dan akibat dari berbahayanya virus ini berkaitan dengan kematian manusia.
Orang itu berkata kepada si virus, mengapa dampak dari si virus sangat dahsyat, mematikan dan sangat diluar perkiraan.
Lalu si virus dengan serius berkata bahwa sebenarnya jika orang-orang sudah siap dengan protokol Kesehatan yang proper seharusnya tidak perlu terlalu takut dan khawatir, karena sudah mengikuti protokol Kesehatan yang 5 M itu = menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.
Tetapi mengapa dampaknya tetap sangat besar dan massif pada kematian? Si virus itu berkata, penyebabnya bukan hanya pada dirinya secara tunggal, tetapi penyebab yang paling dahsyat adalah ketakutan, keterpisahan, kesendirian dan ketakberdayaan manusia itu sendiri dalam ruang isolasi yang membuat akhirnya korban virus corona itu kalah dan meninggal, mati.
Penyebab Itulah yang lebih parah kata si virus corona. Dari sini dapat dilihat bahwa kita tidak boleh takut ketika terkena, terjangkit, terdampak atau tertular virus corona.
Hati dan mental harus lebih kuat dari sebelumnya, banyak bernyanyi supaya tenang serta senang dan menjaga suasana hati sehingga tidak tertekan tapi sebaliknya harus melawan dan bangkit serta bersikap positif sehingga penderita tidak mengalami down dan takut.
Inilah caranya menghadapi tantangan apapun dalam hidup ini, terutama ketika menghadapi virus corona.
Manusia harus berani hidup, jangan berprinsip berani mati tanpa perhitungan. Sikap berani hidup, harus dimiliki dan dibangkitkan dalam upaya untuk tetap survive.
Melawan si virus corona manusia perlu menyiasati sekaligus menstimulasi kekuatan yang ada dalam dirinya dengan berprinsip bahwa hidup itu lebih baik daripada mati dikalahkan oleh virus vorona. Kalaupun akhirnya kalah dan mati, paling tidak manusia sudah melakukan perlawanan habis habisan pada si virus corona.
Manusia tidak boleh dikalahkan oleh keadaan apapun. Kita adalah manusia pemenang, we are the winner not looser.
Orang orang yang menang adalah orang orang yang tangguh menghadapi situasi apapun. Manusia tidak akan kalah dari virus ini, karena kita adalah pejuang kehidupan.
Vaksinasi dan imunisasi anti virus corona ini menjadi sebuah jawaban sekaligus harapan yang besar bagi kita.
Bahkan di tengah polemik tentang vaksin ini pun, kita tetap harus bersyukur bahwa ada solusi dan jalan keluar secara medis dan farmasi untuk mengalahkan kematian yang diakibatkan oleh virus corona.
Beranilah menatap dan menjalani kehidupan dengan penuh pengharapan dan selamat merayakan kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, karena itu sebab hidup adalah kesempatan untuk berkarya dan berbuat banyak bagi sesama dan bagi bangsa dan negara.
Sebab Dia hidup, ada hari esok, sebab Dia hidup ku tak gentar. []