Pendidikan

Mahasiswa IPB University Teliti Supply Chain Sampah di Kepulauan Seribu

BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Sebanyak empat mahasiswa IPB University melakukan penelitian tentang supply chain sampah di Kepulauan Seribu. Mereka adalah Intan Yunianti Adiningsih, Shahrin Almayna, Riyyun Afiana, dan Lewinsky Elisabeth Silaban. Dengan dibimbing oleh Dr Eka Intan Kumala Putri, dosen IPB University dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, mereka mendapat pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM RSH). Program tersebut didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI.

Intan Yunianti Adiningsih, selaku ketua tim menjelaskan, berdasarkan wawancara dengan Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, sudah 75 persen rumah tangga di Pulau Tidung telah melakukan proses pemilahan sampah secara mandiri. Di sisi lain, setiap Rukun Warga (RW) di salah satu pulau yaitu Pulau Tidung sudah memiliki bank sampah dan fasilitas pendukung lainnya.

Baca juga  Siswa SMPN 14 Kota Bogor Unjuk Bakat di Pentas Seni ‘Gradasi’

“Masyarakat di Pulau Tidung sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi mengenai sampah,” ujar Intan.  Lebih lanjut ia menjelaskan, selama pandemi Covid-19, sampah di Kepulauan Seribu menunjukkan angka penurunan. Hal ini terjadi akibat penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung.

Sementara itu, keunikan dari pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu dapat dilihat dari supply chain sampah yang memiliki rantai cukup panjang. Namun demikian, hal ini dinilai baik karena sudah dilakukan pengelolaan sampah oleh rumah tangga, terutama sampah organik, bahkan hingga penyediaan alat-alat yang dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu.

Intan menerangkan, supply chain dimulai dari sampah rumah tangga, sampah di pesisir, serta sampah retribusi. Sampah tersebut dikumpulkan oleh Penerimaan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan Lingkungan Hidup (PJLP LH). Proses pemilahan serta pengolahan sampah dilakukan menggunakan berbagai teknologi. Teknologi yang dipakai seperti biokonversi maggot dan L-Box untuk sampah organik, teknologi pirolisis untuk sampah anorganik, kegiatan pembuatan ecobrick. Tidak hanya itu, beberapa sampah bernilai akan dijual ke pengepul di Tangerang dan beberapa didonasikan ke DKI Jakarta. Dengan demikian hanya menyisakan sampah-sampah residu dan B3 yang harus disalurkan ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang menggunakan kapal-kapal pengangkut sampah.

Baca juga  Peserta UN Jangan Termakan Isu Bocoran Soal

“Berdasarkan hasil kajian menggunakan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat), pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu sudah dalam kondisi yang baik,” papar Intan Yunianti.

Ia menjelaskan, hal tersebut ditunjukkan dengan sudah adanya alur tata kelola yang baik. Mulai dari sumber sampah seperti rumah tangga sampai ke TPST Bantar Gebang. Selain itu, lebih dari 50 persen rumah tangga prioritas di Kepulauan Seribu memilah sampah berdasarkan jenisnya. Hal ini tentu dapat membantu proses pengelolaan sampah yang ada di Kepulauan Seribu.

Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah dan mereduksi jumlah sampah di Kepulauan Seribu, diperlukan peningkatan kerja sama antar pemerintah daerah setempat dengan perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang konsumsi masyarakat. Intan juga menyebut, untuk mengurangi jumlah sampah kiriman di laut akibat adanya faktor cuaca seperti angin barat dan angin timur, diperlukan strategi pengelolaan yang baik.

Baca juga  Final Sepak Bola SEA Games: Hadapi Thailand, Peluang Tim Garuda Muda Indonesia Lebih Terbuka

“Upaya yang bisa dilakukan adalah tidak boleh adanya pembuangan sampah di sekitar pesisir teluk Jakarta. Ini dilakukan supaya ketika terjadinya perubahan cuaca tidak menyebabkan penumpukan sampah di Kepulauan Seribu,” tambah Intan. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top