Nasional

IPB University Bahas Pemenuhan Kebutuhan Pangan dan Gizi pada Masa PPKM Darurat

BOGOR-KITA.com, BOGOR – IPB University menggelar Strategic Talk IPB ke-25 yang mengusung tema “Pemenuhan Kebutuhan Pangan dan Gizi pada Masa PPKM Darurat di Indonesia”

Strategic Talk IPB ke-25 tersebut diselenggarakan secara daring pada Kamis (15/7/2021).

Direktur Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis IPB University, Eva Anggraini mengatakan imunitas sangat penting di masa pandemi Covid-19 ini, di mana ketercukupan pangan dan gizi seimbang merupakan salah satu faktor esensial untuk mendapatkan imun yang baik.

“Untuk itu literasi akses terhadap pangan serta literasi gizi sangatlah penting, apalagi di masa PPKM darurat ini,” ucap Eva.

Sementara, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian PPN/BAPPENAS Pungkas Bahjuri menyampaikan bahwa dalam kondisi normal, akses terhadap pangan tidak begitu menjadi masalah di Indonesia, melainkan daya beli rumah tangga. Namun di masa pandemi ini persoalannya menjadi lebih kompleks.

Selama pandemi, lanjut Pungkas ketercukupan pangan lebih sulit dipenuhi keluarga yang kurang mampu. Hasil riset yang dikeluarkan oleh Unicef pada tahun 2021 ini menyatakan bahwa 22,5 persen rumah tangga mengalami kerawanan pangan sedang dan berat, sedangkan 86 persen rumah tangga memerlukan mekanisme bertahan dalam menghadapi pandemi yaitu melalui pinjaman, bansos, meminta-minta, dan sebagainya.

Baca juga  DDV dan Aksa Bumi Langit Gelar Nonton Bersama Anak-anak Disabilitas

Selain itu belanja makan bergizi rumah tangga menurun, sebagai salah satu mekanisme adaptasi
ketersediaan pangan di level makro sangat tinggi namun di level rumah tangga ketersediaan pangan sangat rendah. Salah satu faktornya adalah tingginya Food Loss dan Waste di seluruh rantai pasok mulai dari produksi hingga pemasaran, dan konsumsi.

“Intervensi dan Strategi Pemerintah selama pandemi diantaranya Penajaman Intervensi dalam Percepatan Perbaikan Gizi, Perluasan Jaring Pengaman Sosial, Penyesuaian Protokol Pelayanan Gizi, Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Vitamin pada Warga yang Menjalani Isoman dan Penguatan Peran Non-Pemerintah dalam Upaya Perbaikan Gizi,” ungkapnya.

Sedangkan, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB University Hardinsah menuturkan selama masa pandemi Covid-19 terjadi penurunan daya beli masyarakat hingga mencapai 15 persen, hal ini akan berdampak pada konsumsi pangan dan tentunya pada penurunan gizi masyarakat.

“Untuk itu penting adanya kemampuan berhemat pada belanja non pangan dan penguatan nilai religi dalam pengelolaan sumberdaya yang dimiliki,” ujar Hardiansah

Baca juga  Empat Rektor Kampus di Korsel dan Jepang Turut Rayakan Dies Natalis ke-58 IPB University

Guru Besar di Fakultas Ekologi Manusia ini juga mengungkapkan hasil survey yang dilakukannya pada tahun 2020 terhadap 547 responden, di mana 70,9 persen mengatakan belum puas dengan ukuran tubuhnya dan 64,4 persen mengatakan belum puas dengan kondisi kesehatannya. Artinya selama pandemi ada 20 persen responden yang mengatakan berat tubuhnya meningkat dan 35 persen mengatakan merasa gemuk. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya kesadaran dalam memilih makanan yang dikonsumsi.

“Kebanyakan makanan yang dikonsumsi adalah karbohidrat dan rendah serat. Konsumsi karbohidrat yang berlebihan diakibatkan harganya lebih murah dibandingkan daging, susu dan buah,” ungkapnya.

Dengan demikian, ia menyarankan pangan yang harus dikonsumsi agar dapat meningkatkan sistem imun tubuh diantaranya adalah protein, omega 3, karohidrat serat, vitamin C, vitamin D, mineral dan air.

“Gizi tersebut dapat diperoleh dari lauk pauk dan kacang-kacangan, ikan, telur, susu, buah, tempe dan daging ayam. Untuk itu, penting dilakukan edukasi konsumen pangan yang bijak,” katanya.

Rahmita dari World Food Programme mengatakan Penerapan kebijakan PPKM dapat mempengaruhi logistik pangan, hal ini akan berakibat pada penurunan kualitas bahan pangan. Selain itu penerapan PPKM pada pasar tradisional juga akan mempengaruhi akses masyarakat terhadap pangan.

Baca juga  Tingkatkan Skill Manajemen, Lawalata IPB University Gelar MOK

“Kita ketahui bahwa 70 persen kelompok masyarakat menengah ke bawah berbelanja di pasar tradisional,” ucapnya.

Ia menerangkan, situasi pandemi ini pun telah memperparah kondisi kemiskinan. Hasil Penelitian WFP yang dilakukan di Jakarta bahwa 81 persen rumah tangga mengalami penurunan pendapatan, 23 persen rumah tangga mengalami kerawanan pangan sedang dan berat dan 86 persen rumah tangga menggunakan coping strategis untuk mengatasi dampak covid yaitu menggunakan tabungan mereka untuk berbelanja dan menjual aset hingga berhutang ke teman dan keluarga.

“Selain itu, kerawanan pangan semakin buruk, tahun 2020 sebanyak 42 persen rumah tangga di Jakarta merasa khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan mereka dan kini meningkat menjadi 66,4 persen. Dalam penelitian ini juga dikemukakan ada 6,6 persen rumah tangga yang lapar dan terdapat 1,2 persen rumah tangga yang tidak makan dalam sehari,” pungkasnya. [] Ricky

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top