Selamat Jalan Bang Petrus Barus, Tuhan Sayang Abang
Oleh: Herry Setiawan
(Anggota KPU Kabupaten Bogor)
BOGOR-KITA.com, CIBINONG – Selamat jalan Bang Petrus Barus. Ah begitu cepat abang meninggalkan kami. Meskipun abang ini katolik tapi abang wafat sehari setelah lebaran 2021. Bagi muslim, wafat pasca lebaran seperti khusnul khatimah karena habis sudah dosa terhapus di bulan romadhon lalu bertemu hari kemenangan, hari fitri atau suci dan bersih. Curiga saya abang sudah mualaf, atau Tuhan sayang betul dengan abang tanpa melihat agama abang.
Saya yakin itu suatu penghargaan istimewa karena abang wafat sehari setelah lebaran. Tapi tak penting lah itu urusan privat masing-masing keyakinan orang. Yang jelas Bang Petrus ini wafat sehari setelah lebaran tepatnya 14 Mei 2021 sekira pukul 21.00 malam di RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor.
Bagi aktivis jalanan macam Bang Petrus, wafat di hari bertepatan dengan tanggal terjadinya tragedi kerusuhan Mei 1998 tepat 23 tahun lalu mungkin juga suatu penghormatan. Penghargaan istimewa dari Tuhan. Gerakan reformasi memang sudah basi di zaman oligarki saat ini. Semoga abang masih tetap menjaga idealisme total aktivisme itu. Belum sempat kita diskusi panjang lebar soal gerakan mahasiswa dan gerakan sosial di era Oligarki, sambil ngopi dan menghisap berbatang-batang rokok tapi abang sudah pergi meninggalkan kami. Ah benar-benar saya kehilangan momentum itu. Sungguh menyesal tiada guna.
Sebuah rutinitas bagi saya setiap bulan, abang telepon sejam lebih via Whatsapp Call. Suatu kekurangajaran karena bukan saya yang telepon. Selalu abang yang telepon duluan. Saya hitung sejak saya bertugas di KPU Kabupaten Bogor, abang ini sekali datang ke kantor dan kita berdiskusi panjang kali lebar kali tinggi tentang berbagai hal, ditemani kopi, somay dan rokok. Kala itu jelang Pemilu 2019. Sejak itu kita berdiskusi via telepon. Tak kurang dari sejam menelepon.
Sebenarnya banyak sekali yang saya ingin diskusikan dengan abang lebih lanjut tak sekedar via telepon. Tapi waktu tajam memotong niat itu.
Suatu ketika abang sempat mengamini politik dinasti. Saya curiga itu didasari kedekatan abang dengan dinasti politik di tatar Tegar Beriman mulai dari Rachmat Yasin yang kemudian abang menjadi Pemred Harian Pakuan Raya (Pakar) dan kemudian abang memutuskan hengkang dari koran milik keluarga Rachmat Yasin. Kurang jernih saya menangkap alasan hengkang abang dari koran yang sempat abang besarkan itu dengan mengedukasi beberapa jurnalis di dalamnya sambil menanamkan benih idealisme dan kritisisme khas aktivis. Hingga kemudian yang saya tahu abang mendirikan perusahaan sendiri dengan media online sendiri. Bogor-kita.com. Media yang nampak sekali abang banggakan menjadi mercusuar kebaikan dari berbagai kebijakan di wilayah Bogor.
“Uniknya, Ri, Jakarta itu pengunjung terbesar Bogor-kita.com. Beberapa kawan wartawan senior di Jakarta yang saat ini masih bekerja sebagai jurnalis, kadang mengutip dari Bogor-kita.com,” begitu abang berucap via telepon yang saya simak dengan penuh perhatian.
Pernah abang menelepon saya lama untuk membahas soal penambahan kursi DPR RI dari Dapil Jabar V Kabupaten Bogor yang saat ini punya 9 kursi. Abang sangat antusias menyambut berita itu, termasuk skenario soal pemekaran Bogor Barat dan alokasi kursi DPRDnya. Antusiasme abang saya tangkap sebagai bentuk kepedulian terhadap pentingnya saluran aspirasi politik yang sesuai dengan jumlah penduduk kabupaten Bogor yang mencapai 5,6juta jiwa dengan DPT hampir menyentuh 3,5 juta jiwa. Itu semua agar akselerasi pembangunan di wilayah penyangga ibukota lebih cepat terealisasi.
Sampai kemudian abang bawa saya kepada pandangan bahwa Jawa Barat selalu mengalami diskriminasi pembangunan yang kemudian abang ralat dengan kepemimpinan Presiden Jokowi, Gubernur Ridwan Kamil serta Bupati Ade Yasin, perlahan Jawa Barat dan Bogor khususnya mulai mendapat kue pembangunan yang signifikan. “Coba Herry cek dalam kue pembangunan APBN, berapa angka proyek APBN di Jawa Barat di tahun 2020 dan 2021. Itu meningkat pesat sekali Her,” begitu abang berucap menegaskan.
Saya masih terngiang betul bagaimana abang berupaya menyadarkan saya soal Hegemoni Jawa secara kultur politik dan prestasi. Abang mencontohkan dengan riset abang soal situs Gunung Padang yang buat saya sangat detil sebagai sebuah reportase berita mendalam.
“Seandainya Ri, situs Gunung Padang itu benar-benar diseriusi dan dikupas habis dari berbagai sudut pandang keilmuan maka saya yakin Hegemoni Jawa itu runtuh Ri. Bayangkan situs Gunung Padang itu sudah berdiri ribuan tahun sebelum piramida Mesir dan piramida Aztec berdiri, padahal itu sudah diklaim sebagai suatu bentuk kemajuan masyarakat di zaman itu! Itu tandanya bahwa masyarakat Sunda itu sudah jauh lebih maju ketimbang masyarakat Jawa dengan Majapahitnya, atau Sumatera dengan Sriwijayanya,” tegas abang kala itu.
Pernyataan itu mengentakkan saya bang, menyadarkan saya bahwa situs Gunung Padang bukan sekedar situs tapi jadi milestone kemajuan peradaban Nusantara ribuan tahun lalu yang kini terlupakan. “Peneliti dari NASA Amerika sudah sampai ke sana Ri, dan mereka memastikan bahwa material bangunan Gunung Padang itu terbuat dari meteorit. Bahkan ada rongga di dalam Gunung Padang yang sampai saat ini belum dibuka,” kata abang.
Ketertarikan abang pada Gunung Padang di Cianjur itu memang membangkitkan rasa penasaran bagi pembaca tulisan abang dan saya yakin abang tidak hanya sampaikan hal ini ke saya tapi juga ke beberapa kawan lain.
Suatu ketika abang juga sempat bercerita bagaimana seorang bupati perempuan pertama di Bogor yang terpilih secara langsung lewat pemilihan, Ade Yasin melawan berbagai kebijakan dan tekanan dari sejumlah pihak dan tetap berpegang teguh pada keberpihakan kepentingan masyarakat Bogor. Dalam rencana kebijakan pembangunan, kebijakan perizinan dan sejumlah kebijakan lain yang ditelurkan bupati Ade Yasin menjaga idealisme dan konsistensinya pada rakyat Bogor. Tak cuma sekali abang berujar itu. Kadang saya sebut abang sebagai pembisik dan pembusuk bupati. Meski abang tak suka dengan sebutan “pembusuk” karena konotatif dan prejudice. Itu hanya candaan saya saja ke abang sebagai bentuk apresiasi saya bahwa abang bisa menjaga kedekatan itu lebih produktif dan konstruktif bagi bupati.
Ah benar-benar saya kehilangan abang. Padahal kita sudah berencana ya bang buat training jurnalistik di sejumlah kampus di Kabupaten Bogor yang saat ini menggurita. Sebagai bagian dari pendidikan demokrasi bagi mahasiswa di Bogor dalam ranah saya di KPU. Tapi belum terealisasi abang sudah pergi. Dengan jurnalisme kita berdua meyakininya sebagai pintu masuk dunia aktivis dan menjaga idealisme. Dengan sejumlah gagasan yang abang sudah sampaikan ke saya, bismillah Insya Allah saya ikhlas abang pergi. Selamat jalan bang, pintu surga sudah menanti untuk abang masuki.
Petrus Barus merupakan pemimpin umum BOGOR-KITA.com, wafat di RSUD Ciawi Kabupaten Bogor, Jumat 14 Mei 2021, 21.05 WIB. Almarhum dimakamkan di TPBU Giritama, Desa Tonjong, Kecamatan Tajurhalang, Sabtu 15 Mei 2021 []