BOGOR-KITA.com, TAMANSARI – Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka yang terletak di Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor menggencarkan program membaca di alam sebagai praktik baik untuk menanamkan pentingnya menjaga alam. Membaca di alam diikuti 40 anak dalam laboratorium baca sekaligus untuk menjunjung tinggi kearifan lokal. Karena sebagian besar penduduk Desa Sukaluyu hidup dari berkebun dan eksplorasi lahan produktif untuk ditanami.
“Alam dan asetnya adalah bagian kearifan lokal Desa Sukaluyu Bogor ini. Sebagai orang Sunda, anak-anak harus mau menjaga alam. Agar program jaga alam tidak tercerabut dari anak-anak kampung ini. Apalagi di era digital, budaya jaga alam harus didengungkan. Agar alam tetap mau bersahabat dengan masyarakat,” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka yang terletak di Kaki Gunung Salak Bogor, Senin (31/8/2020).
Syarifudin menyatakan, melalui kegiatan membaca di alam, diharapkan anak-anak usia sekolah dari keluarga prasejahtera dapat mengubah cara pandang akan pentingnya menjaga alam dan menciptakan harmoni di tengah alam semesta. Peradaban kearifan lokal yang harus dilestarikan.
Dikatakan Syarifudin, sudah terlalu banyak alam yang dirusak tangan manusia. Akibatnya, bencana alam selalu terjadi dan akan terus menghantui setiap anak manusia. Hal itu yang mendasari digelarnya program membaca di alam.
“Rusaknya alam, bila disadari, sungguh akibat aktivitas manusia. Manusia yang lebih mementingkan kebutuhan hidupnya tanpa memperhatikan kebutuhan lingkungan alam sekitarnya. Eksploitasi yang berlebihan, gangguan ekosistem alam, penebangan liar, dan perambahan hutan ada di mana-mana. Tanpa terkecuali di Jawa Barat maupun Kabupaten Bogor. Alam sebagai kearifan lokal pun tercerabut dari budaya masyarakat,” tegas dia.
Membaca di alam merupakan kegiatan rutin yang dilakukan TBM Lentera Pustaka. Agar terbentuk tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah. Membaca buku di kebun, di sungai, dan di alam terbuka sambil berdiskusi untuk memahami isi bacaan. “Karena membaca tidak hanya dilakukan di ruang tertutup atau di taman bacaan. Tapi bisa dilakukan di alam terbuka. Agar lebih menarik dan menyenangkan anak-anak saat membaca,” jelasnya.
TBM Lentera Pustaka menyadari. Upaya untuk menanamkan tradisi baca anak-anak memang tidak mudah. Maka harus ada cara untuk menjadikan kegiatan membaca agar lebih disenangi. Sehingga semangat menyebarkan virus membaca kepada anak-anak di tengah gempuran era digital dan kondisi ekonomi yang sulit tetap dapat berlangsung. Bahkan dengan menyatukan anak-anak saat membaca dengan alam sekitar, maka upaya melestarikan nilai kearifan lokal setempat pun dapat dicapai. Perlahan tapi pasti.
“Membaca di alam adalah program rutin di TBM Lentera Pustaka. Karena saya percaya, karakter dan budaya anak dapat dibentuk melalui lingkungan dan alam semesta. Hanya masalahnya, mau atau tidak kita melakukannya. Apalagi saat ini budaya jaga alam semakin langka. Maka pemerintah daerah pun harus ikut turun tangan. Agar anak-anak tetap lembut dan baik kepada alam,” tambah Syarifudin yang saat ini tengah menyelesaikan program Doktoral di Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak.
Saat ini, 60-an pembaca aktif usia sekolah secara rutin 3 kali seminggu membaca di TBM Lentera Pustaka.Dengan koleksi lebih dari 3.500 buku, anak-anak mampu membaca 5-8 buku per minggu. Sebuah praktik baik yang terus dijalankan di masyarakat. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat. Karena saat ini banyak anak Indonesia makin ‘jauh’ dari buku.
“Saat membaca di alam pun. Anak-anak suatu saat bertanya. Jika alam hendak kau musnahkan, lalu dari mana kita akan mendapatkan makanan dan tempat tinggal?,” tutupnya. [] Hari