Nasional

Rektor IPB: Lompatan Inovasi Diperlukan Hadapi Krisis

Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria

BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria mendapatkan kesempatan memberikan pemaparan dalam Forum Cendekia Kelas Dunia yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4), Selasa (18/8/2020). Bertajuk Penguatan Kolaborasi Riset dan Pendidikan untuk Penciptaan Inovasi Indonesia, Prof Arif menyampaikan bahwa inovasi diperlukan untuk perubahan.

“Perubahan yang terjadi saat ini hanya bisa direspons dengan lompatan-lompatan dalam bidang inovasi. Lompatan ini yang bisa menjadi harapan bangsa Indonesia untuk bangkit dan keluar dari krisis,” kata Prof Arif dalam keterangan tertulis kepada BOGOR-KITA.com, Selasa (18/8/2020) malam.

Namun demikian, lanjut Prof Arif, berkaca pada Global Innovation Index 2019, Indonesia masih berada pada peringkat 85 dari 129 negara di dunia. Selama empat tahun berturut-turut, peringkat inovasi Indonesia berada di posisi kedua terendah di ASEAN.

Baca juga  Profil Muhammad Reza Pratama Peraih Beasiswa IISMA Ke Korsel

Di dalam Intellectual Property Right 2019, laporan yang menganalisa iklim kekayaan intelektual berdasarkan 45 indikator unik dan penting bagi ekonomi berbasis inovasi, Indonesia menempati peringkat 45 dari 50 negara.

“Sementara dalam hal publikasi penelitian, Indonesia mengalami lonjakan secara eksponensial sejak 2014 hingga 2019 mengalahkan Malaysia, Singapura dan Thailand.  Namun sayangnya, banyaknya jumlah publikasi belum diikuti oleh peningkatan jumlah sitasi,” ujar Prof Arif.

Fakta lain juga dituturkan Prof Arif. Ia menyebut, komitmen pemerintah untuk penelitian (research and development/RnD) masih sangat minim. Terlihat dari persentase pengeluaran untuk riset dari Gross Domestic Product (GDP) hanya 0,2 persen. Jumlah peneliti di Indonesia juga masih tergolong rendah, hanya 216 orang per satu juta penduduk. Sebagai perbandingan, Korea Selatan memiliki 7.980 peneliti per satu juta penduduk dengan pengeluaran RnD sebanyak 4,8 persen dari GDP.

Baca juga  Hanya 30% Pensiunan di Indonesia Menerima Bantuan Finansial dari Anaknya

Merespon fakta tersebut, Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) ini menjelaskan ada empat cara untuk mendorong inovasi di perguruan tinggi. Yaitu dengan melakukan pembinaan entrepreneurship, mendorong kolaborasi dengan private sector, mempromosikan diversity dan inklusi, dan memperkuat teknologi dan society. 

“Peran ALMI dan I-4 ini sangat strategis dalam hal men-support riset dan publikasi. Saya membayangkan kalau ALMI dan I-4 berkolaborasi dengan FRI, untuk memetakan gap analysis terhadap riset dalam bidang yang potensial. Sejauh mana penelitian stem cell yang ada di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan yang ada di Indonesia misalnya,” tutur Prof Arif.

Dengan analisis gap ini, kata Prof Arif, pengembangan infrastruktur riset dalam negeri akan lebih sistematis. Dari analisis tersebut bisa dipetakan berapa budget yang diperlukan, infrastruktur yang mesti dibangun, serta kolaborasi apa yang harus didorong.

Baca juga  Guru Besar IPB University Dorong Transformasi Pertanian Lewat Model KEP dan Kampus Desa

Menurutnya, covid-19 merupakan momen untuk berinovasi. Prof Arif mencontohkan, pada perang dunia kedua, komputer pertama lahir. Momen krisis kala itu memaksa inovasi dilakukan untuk memenangkan perang. Sehingga saat krisis sebab pandemi ini, saatnya berlomba untuk melakukan penelitian dan menghasilkan inovasi sebagai solusi. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top