BOGOR-KTA.com, CIBINONG – Seruan Bupati Bogor Ade Yasin soal meletakkan prioritas pembangunan di pedesaan di Kabupaten Bogor, direspons positif oleh Dr Sofyan Sjaf dari IPB University
“Keyword-nya adalah kemauan atau afirmasi dari pemerintah untuk menjadikan desa sebagai basis kesejahteraan bangsa. Buttom up approach adalah satu-satunya pendekatan menjadikan desa sebagai arus utama pembangunan di negeri ini,” kata Dr Sofyan Sjaf kepada BOGOR-KITA.com di Cibinong, Selasa (5/11/2019) pagi.
Seruan Bupati Bogor Ade Yasin disampaikan jelang pilkades yang digelar secara serentak di 273 desa yang tersebar di 39 kecamatan dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, Minggu (3/11/2019).
“Sebagai Bupati Bogor, saya ingin menegaskan bahwa pilkades yang akan memilih 273 kepala desa pada pilkades besok, merupakan peristiwa sangat penting. Mengapa, karena Kabupaten Bogor adalah satu wilayah besar yang sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan. Kepala desa itu sendiri bagi saya merupakan ujung tombak pembangunan di Kabupaten Bogor. Berbicara pembangunan di Kabupaten Bogor, bagi saya sama dengan berbicara tentang peran kepala desa sebagai pemimpin di desa.
Oleh sebab itu, sejak memutuskan ikut Pilkada Kabupaten Bogor tahun 2018 lalu, saya menetapkan bahwa pembangunan desa sebagai salah satu prioritas yang tertuang dalam Karsa Bogor Menbangun. Saya menyadari, desa merupakan nilai lebih Kabupaten Bogor karena potensi ekonominya yang sangat besar baik di bidang pertanian, pariwisata dan lainnya.
Tetapi sebaliknya, saya juga menyadari, bahwa desa juga menjadi kelemahan bagi Kabupaten Bogor karena masih terdapat banyak pengangguran, kemiskinan dan kualitas sumber daya manusia yang belum mumpuni.
Oleh sebab itu, tidak lama setelah dilantik menjadi Bupati Bogor saya langsung menjalin komunikasi dengan Rektor IPB University untuk mewujudkan program smart village melalui sekolah pemerintah desa,” kata Ade Yasin.
Dr Sofyan Sjaf mengemukakan, dengan membangun desa, persoalan kemiskinan, pengangguran, dan keterbelakangan akan teratasi.
Era 4.0 adalah era inovasi disruptif (disruptive innovation yakni inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu tersebut).
Era disruptif ini harus dikanalisasi dengan penguatan SDM dan menghasilkan data presisi. Kedua hal ini penting, sebab di sinilah jantungnya. Era 4.0 yang identik dengan “smart” memiliki 5 komponen meliputi, brainware, dataware, hardware, netware, dan software
Dua komponen pertama yakni brainware dan dataware harus dibenahi terlebih dahulu. Jika tidak, maka tidak ada artinya 3 komponen lainnya.
“Untuk itu, pembangunan pedesaan yang adaptif terhadap era 4.0 harus membenahi isu SDM pedesaan dan menyiapkan data presisi yang bersumber dari desa. Data presisi yang melibatkan teknologi 4.0 harus mengikutsertakan partisipasi warga desa. Keikursertaan warga desa sebagai bentuk humanisasi pembangunan yang bertumpu pada era 4.0.,” tutup Dr Sofyan Sjaf [] Hari