Inovasi Mahasiswa KKN IPB, Sulap Limbah Tahu jadi Pupuk Cair Organik
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Di Desa Girimulya, Kecamatan Cibungbulang, terdapat sekitar 15 industri rumahan tahu yang setiap harinya membuang limbah cair langsung ke kali atau sungai tanpa pengolahan. Bau menyengat dari limbah ini kerap membuat warga merasa tidak nyaman. Melihat kondisi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) IPB mencoba menghadirkan solusi kreatif yang tak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Siapa sangka, limbah cair tahu yang biasanya dianggap masalah justru bisa diubah menjadi pupuk organik cair yang bermanfaat bagi tanaman. Dengan kreativitas dan pengetahuan yang dimiliki, mahasiswa KKN IPB menawarkan cara sederhana, murah, dan ramah lingkungan untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi sumber nutrisi bagi tanaman.
“Limbah tahu sebenarnya kaya akan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor yang dibutuhkan tanaman. Kalau dibiarkan, malah jadi pencemar. Tapi kalau diolah dengan benar, justru bisa jadi pupuk cair yang bermanfaat,” ujar Aulia, mahasiswa KKN Desa Girimulya.
Proses pembuatan pupuk cair ini cukup sederhana dan bisa dilakukan di rumah. Limbah cair tahu yang sudah disaring dari ampasnya dimasukkan ke ember atau jerigen bersih. Sementara itu, larutkan gula merah atau gula pasir sebanyak satu genggam (±100 gram) dalam air hangat hingga mencair, lalu dituang ke dalam ember. Gula ini berfungsi sebagai makanan bagi mikroorganisme yang membantu proses fermentasi. Untuk mempercepat proses, tambahkan EM4 sebanyak 3–5 sendok makan, kemudian aduk semua bahan hingga tercampur rata.
Setelah tercampur, tutup wadah dengan longgar—cukup rapat untuk mencegah kotoran masuk, namun tetap memberi celah bagi gas hasil fermentasi keluar. Simpan wadah di tempat teduh selama 7 hari. Selama fermentasi, mikroorganisme akan menguraikan bahan organik pada limbah tahu menjadi pupuk cair kaya nutrisi. Tanda fermentasi berhasil adalah munculnya bau segar asam manis seperti tape, bukan bau busuk atau anyir.
Pupuk cair ini bisa digunakan untuk menyuburkan berbagai tanaman, dari sayuran hingga pohon buah. Untuk sayuran daun, cukup campurkan 1 gelas pupuk dengan 1 liter air. Untuk tanaman buah, gunakan 1 gelas pupuk dengan 2 liter air. Bahkan, pupuk ini juga bisa digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan perbandingan 1 liter pupuk dan 5 liter air. Pengaplikasian pupuk cukup 1–2 kali seminggu, perlu diingat, pupuk harus selalu diencerkan sebelum digunakan.
Inovasi ini tidak hanya mengurangi pencemaran limbah tahu, tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi warga. Mahasiswa KKN berharap para pemilik pabrik tahu di desa mau melanjutkan praktik ini. Dengan pemasaran yang tepat, pupuk cair organik ini berpotensi menjadi produk unggulan desa yang membuat lingkungan lebih bersih, tanaman lebih subur, dan kantong warga pun ikut terisi.