Nasional

Tebar Hewan Kurban 1446 H Sasar Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur

BOGOR-KITA.com, FLORES TIMUR — Sejak letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki pada 3 November 2024, masyarakat Kecamatan Wulanggitang, Ile Bura dan Titehena di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kehidupan yang berbalik 180 derajat.

Peristiwa itu menyebabkan korban tewas dan luka-luka, sampai bangunan rumah dan infrastruktur yang rusak total. Material letusan menghancurkan segalanya. Ali–seorang aparat setempat sekaligus relawan bencana–menyampaikan bahwa material letusan tersebut sampai membentuk lubang dengan kedalaman lima meter ke bawah tanah.

“Kerusakan sebegitu parahnya, karena khasnya dari Gunung Lewotobi Laki-Laki ini mengeluarkan Bom Lava. Bentuknya batu besar yang melambung ke udara, saat sampai tanah baru ia meledak. Gemuruhnya sampai bikin perkakas melayang, pintu dan jendela langsung terbuka, hingga nyaris copot. Bangunan banyak yang rusak, dari rumah, sekolah, pasar. Semua kegiatan warga terhambat,” jelas Ali.

Ribuan warga mengungsi. Kala itu Dompet Dhuafa bersama Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa membangun posko pengungsian. Terdiri dari dapur, sekolah, dan musala serta bantuan kemanusiaan lainnya sebagai upaya menghadirkan fasilitas yang rusak karena erupsi.

Pada Rabu (14/5/2025), Tim Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa bersama Volunteer Dompet Dhuafa, Miya Sriniwarti berkesempatan melakukan survei ke titik distribusi penerima manfaat daging kurban jelang Iduladha nanti, termasuk desa-desa yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

Baca juga  Berhasil Turunkan Angka Kematian Ibu & Bayi, Program Kesehatan Dompet Dhuafa Raih PHC Award 2023

Terpantau hingga saat ini, kawasan posko pengungsi persawahan yang terletak di Desa Konga, Kecamatan Titehena masih dipadati oleh warga. Wilayah tersebut menjadi sumber penghidupan warga.

Dai Pemberdaya dari Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa), Muhidal Bukhori, bercerita bahwa sebagian pun kehilangan pekerjaannya karena rusaknya ladang, pasar, hingga peternakan setempat. Sampai sekarang, anak-anak harus belajar dengan menumpang di bangunan sekolah yang terselamatkan. Semua serba terbatas, berdampak panjang bagi perekonomian wilayah tersebut.

Sebagian memilih pulang ke kampungnya, setelah berbulan-bulan tinggal di pengungsian. Salah satunya Sri–seorang Ibu Rumah Tangga yang kala itu memilih kembali pulang ke rumahnya di Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang. Ia menangis histeris saat melihat rumahnya pada bulan Januari lalu.

“Atap sudah terbuka, seng-seng lepas. Rumah penuh dengan abu vulkanik yang basah, karena saat itu sedang musim hujan. Perkakas banyak yang rusak dan hilang. Kamar tidur hancur. Anak saya masih usia tiga tahun pun harus ikut bertahan dalam situasi seperti ini,” jelasnya dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga  Pemerintah Siapkan 340 Pos Kesehatan di Jalur Mudik

Suami Sri pun berhenti bekerja selama tiga bulan pasca bencana erupsi tersebut. Selama itu keluarga kecilnya bertahan hidup mengandalkan bantuan makanan dan logistik dari lembaga bantuan bencana. Hingga kami survei ke Desa Boru pun rumahnya masih tak memiliki atap. Hanya terpal yang menutupi bagian kamar dan dapurnya.

“Ruang tamu sudah hancur, tidak ada atap juga. Jadi kalau hujan, air masuk. Yang penting kamar dan dapur sudah ditutupi oleh terpal,” jelas Sri.

Volunteer Miya pun turut berbela sungkawa atas kejadian tersebut. Ia tak menyangka dampak panjang secara ekonomi dan sosial masih dirasakan warga setempat sampai detik ini. Ia menyimak cerita Sri dengan mata berkaca.

“Jadi, nanti titik distribusi THK Dompet Dhuafa 2025 akan menyasar daratan Flores. Salah satunya, ya, desa-desa yang terdampak erupsi Lewotobi Laki-Laki ini. Saya salut dengan keteguhan Ibu Sri dan keluarga. Yuk, mari tebar semangat berkurban. Supaya Bu Sri dan pengungsi lainnya bisa menikmati daging kurban jelang Iduladha nanti. Kurbanmu Se-Ngaruh Itu!” tutur Miya.

Mengetahui kabar bahagia menyoal distribusi THK Dompet Dhuafa, Sri pun turut berbahagia. Pasalnya, ia dan keluarganya sudah lama membatasi konsumsi sehari-sehari dengan faktor keterbatasan ekonomi.

Baca juga  Apache Bikers Community Bersama Dompet Dhuafa Hadirkan Mobil Jenazah

“Iya saya jarang makan daging, ya, karena ekonomi seperti ini. Saya tetap bersyukur masih bisa hidup sampai detik ini. Tahun lalu saya menerima daging kurban dan memang, untuk daging kami mengandalkan saat Iduladha saja,” tuturnya.

Situasi Terkini Kawasan Gunung Lewotobi

Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali bergemuruh pada Senin (19/5/2025). Asap kawah setinggi 1.200 meter dari puncak gunung mulai terlihat. Statusnya pun kini naik menjadi level IV atau awas.

Pada Jumat (23/05/2025) ini, Lewotobi Laki-Laki kembali meletus dengan ketinggian asap kawah mencapai 300 meter dari puncak gunung. Warga dan pengunjung diharapkan tak beraktivitas apapun dalam radius enam sampai tujuh kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

Kejadian ini menjadi pengingat bahwa kita harus merekatkan kembali tali solidaritas. Dengan distribusi daging kurban lewat THK Dompet Dhuafa, kamu bisa turut berkontribusi menebar secercah harapan bagi para penyintas untuk tetap mengkonsumsi bahan makanan yang bergizi.

Caranya mudah, kamu dapat berkurban melalui digital.dompetdhuafa.org/kurban atau Dompet Dhuafa Apps. Mari bantu mereka, hadirkan daging kurban yang terjamin berkualitas dan pendistribusian sesuai syariat jelang Iduladha. [] Dompet Dhuafa

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top