Jelang Pembangunan Jembatan Otista, Dishub Bakal Uji Coba Rekayasa Lalu Lintas
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Menjelang pelaksanaan pembangunan jembatan Otto Iskandardinata (Otista) Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berencana akan melakukan ujicoba rekayasa lalu lintas.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kita Bogor, Eko Prabowo mengatakan Ujicoba rekayasa lalu lintas di jalan Orista tersebut ditargetkan pada 19 April 2023.
“Dari hasil rapat kemarin, nanti rekayasa untuk Jalan Otista diujicobanya setelah pengumuman lelang (targetnya) 19 April atau sebelum lebaran,” ucap Eko, Rabu (1/3/2023).
Eko mengungkapkan, sejauh ini untuk rekayasa lalu lintas yang sudah rampung pada jalan-jalan di area ring 1 atau kawasan sistem satu arah (SSA).
Sedangkan pada jalan-jalan yang berada di area ring 2 menuju rampung. Sementara ring 3 dan 4 masih perlu dimatangkan secara detail.
“Ring 1 itu berkenaan dengan SSA, ring 2 Air Mancur, ring 3 Warung Jambu, garis besarnya seperti itu. Tapi nanti secara konkret akan diumumkan oleh pak wali mungkin ada bagan (rekayasa lalu lintas),” katanya.
Selain manajemen rekayasa lalu lintas tersebut, pihaknya juga masih menghitung kebutuhan akan sarana prasarana untuk mendukung kelancaran lalu lintas. Diantaranya, lampu TL, rambu, dan water barrier.
Eko memproyeksikan untuk area ring 1 arus lalu lintas pada Jalan Pajajaran atau depan RS PMI Kota Bogor nanti akan berubah menjadi dua arah.
Kemudian dari Jalan Suryakencana arah balik bisa menuju ke Jalan Paledang juga Jalan Kapten Muslihat. Sementara Jalan Juanda tetap satu arah menuju Jalan Sudirman.
Untuk Jalan Sudirman akan disatuarahkan menuju Air Mancur. Kemudian Jalan Jalak Harupat berubah arah menjadi dari Jalan Pajajaran menuju Jalan Sudirman.
Rencananya juga, kata Eko, ada jalan arteri untuk menuju SSA. Ia mencontohkan arus lalu lintas yang dari Jalan Pajajaran nanti bisa melewati Jalan Pangrango.
Dikatakan Danjen sapaan akrabnya, untuk area ring 2 secara detail telah dicatat oleh pihaknya. Salah satunya ada keinginan dari arah Jalan Warung Jambu disatuarahkan semua dari Jalan Sudirman.
Namun, pihaknya masih memikirkan soal prioritas transportasi, seperti BisKita Transpakuan juga angkutan perkotaan (angkot) yang melintas di Jalan Ahmad Yani.
“Ini yang masih kami pikirkan. Karena ada pergerakan masyarakat agak terganggu, makanya rute Ahmad Yani menjadi dua khusus untuk prioritas transportasi,” jelasnya.
“Tapi kalau untuk masukkan ke Pasar Anyar, karena kemarin rencana awal Sudirman disearahkan dari arah Warung Jambu, tidak bisa. Nah, kami masih akan memikirkan itu juga,” tambahnya.
Selain manajemen rekayasa lalu lintas, pihaknya juga tengah menggodok contingency plan untuk trayek angkot dan BisKita Transpakuan yang melintas Jalan Otista.
Catatan Dishub Kota Bogor, ada 5 trayek angkot utama dan 8 trayek angkot bersinggungan. Sedangkan BisKita Transpakuan terdapat dua koridor, yakni 1 dan 2.
Contingency plan atau rencana kontingensi ini bersifat sementara selama pekerjaan jembatan Otista. Diketahui, pembangunan jembatan Otista itu akan memakan waktu sekitar 9 bulan.
“Iya, (BisKita) Bubulak-Ciawi, apakah nanti akan melewati Siliwangi-Suryakancana dari arah Ciawi, atau tetap melewati PMI-Jalak Harupat. Tapi Jalak Harupat tidak bisa ke Kapten Muslihat, salah satunya harus lewat Suryakancana baru lewat Kapten Muslihat,” terangnya.
Sampai saat ini, lanjut Danjen, Dishub melalui tim rerouting bersama Organda telah mengkaji dan menilai dari rencana kontingensi tersebut.
“Sekarang sedang berjalan, organda dan kami lagi mengkaji dan menilai. Kalau memang suka, ya akan dialihkan tetap, tapi saya mengeluarkan SK trayek sementara,” katanya.
Sebetulnya, dikatakan Eko, instansinya telah mengeluarkan rekomendasi teknis berkenaan dengan Amdalalin sesuai Permenhub no 17 tahun 2021. Satu di antaranya adalah penggunaan jembatan bailey.
“Salah satu rekomendasi Dishub menggunakan jembatan bailey, tapi oleh teman-teman PUPR ditolak. Karena itu butuh pekarangan luas, supaya tidak terhambat, terganggu, bahaya dan sebagainya,” pungkasnya. [] Ricky