Laporan Utama

Survey Indikator: Publik Menilai PSBB Dihentikan Saja

BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Mayoritas publik menilai kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB dihentikan saja.

Hal ini tersimpul dari survey yang dilakukan Indikator yang dirilis Minggu (18/10/2020).

Survey bertajuk  “Mitigasi Dampak Covid-19: Tarik-Menarik Kepentingan Ekonomi Dan Kesehatan tersebut dilakukan antara 24 – 3 0 S e p t e m b e r 2020, dengan 1.200 sampel yang dihubungi per telepon.

BOGOR-KITA.com, mendownload laporan hasil survey dari situs w w w . i n d i k a t o r . c o . i d, Minggu  (18/10/2020) malam.

Dalam laporan disebutkan alasan melakukan survey. Yakni terkait dengan program pemulihan ekonomi di satu sisi dengan masih tingginya angka penularan covid-19 di sisi lain.

Sejauh mana persepsi warga bergeser antara dimensi ekonomi dan kesehatan? Bagaimana evaluasi warga terhadap kondisi ekonomi mereka saat ini? Bagaimana penilaian terhadap program pengendalian wabah COVID-19, dan lain sebagainya. Program pengendalian covid-19 dikenal dengan istilah PSBB.

PSBB saat ini muncul dengan beberapa varian. Yakni PSBB Transisi, dan PSBB menuju adaptasi kebiasaan baru. Namun apapun variannya, inti PSBB adalah pembatasan pergerakan dan aktivitas warga,

Baca juga  Desa Menjadi Penyangga Mengatasi Krisis Akibat Pandemi Covid-19

Indikator sebelumnya pernah melakukan survey sejenis. Survey kali ini sekaligus membandingkan pendapat pulik sebelumnya dengan kondisi terkini.

Dalam laporan hasil survey sebanyak 46 halaman, dirinci mengenai persepsi publik trutama terhadap  covid-19 dalam kaitannya dengan kesehatan dan ekonomi.

Laporan dilengkapi dengan kesimpulan sebanyak 3 halaman.

Terlihat  bahwa publik sesungguhnya agak mendua. Pada satu sisi publik masih khawatir dengan covid-19.

Tetapi di sisi lain publik menilai PSBB dihentikan saja, agar ekonomi bisa berjalan kembali.

Kesimpulan selengkapnya sebagai berikut:

-Pandemi COVID-19 di Indonesia tampak sangat kuat menghantam kehidupan perekonomian bangsa. Dalam kurun waktu sekitar 3 bulan, mayoritas publik merasa kondisi perekonomian rumah tangganya lebih buruk dibanding periode yang sama di tahun lalu (83-84%), sekitar 86% mengalami penurunan pendapatan selama terjadi wabah, dan persepsi publik terhadap kondisi perekonomian nasional paling buruk dalam survei opini publik 16 tahun ke belakang.

-Namun hingga saat ini, tampak perlahan mengalami perbaikan. Yang menilai kondisi perekonomian rumah tangganya membaik memang tampak stagnan, tapi secara perlahan konsisten mengalami pemulihan. Kondisi perekonomian secara umum juga cenderung ada sedikit perubahan, paling tidak yang menilai buruk berkurang meski yang menilai baik cenderung stagnan.

Baca juga  Urai Kemacetan, Bupati Ade Yasin Bentuk Tim URC Mandala

-Sedikit perbaikan perekonomian yang dirasakan publik kemungkinan besar merupakan dampak dari relatif stabilnya tingkat PHK yang terjadi akibat pandemi, dan yang sementara dirumahkan tampak sudah mulai aktif kembali bekerja.

-Pada temuan sebelumnya, terjadi pegeseran yang signifikan pada aspirasi publik terkait kebijakan PSBB. Di mana pada temuan bulan Mei 2020, dukungan atas keberlanjutan kebijakan PSBB secara statistik signifikan lebih besar ketimbang menghentikan PSBB. Dan pada temuan bulan Juli 2020, aspirasi publik lebih dominan dan signifikan kepada menghentikan kebijakan PSBB ketimbang dilanjutkan.

-Di bulan September, ada sedikit penguatan atas dukungan terhadap keberlanjutan PSBB, sebaliknya, PSBB dihentikan cenderung melemah. Namun secara statistik tidak signifikan. Jadi tampak aspirasi publik terkait PSBB dalam dua bulan terakhir tidak berbeda signfikan, warga secara signifikan lebih menginginkan PSBB dihentikan saja.

Baca juga  Rektor: Kinerja IPB University Tahun 2021 Capai 79.23 persen

-Namun demikian, pergeseran persepsi publik kali ini tampak signifikan antara prioritas pada isu kesehatan atau isu ekonomi. Pada temuan sebelumnya, terjadi perubahan signifikan di mana antara isu kesehatan dan isu ekonomi menjadi lebih berimbang, sementara kali ini tampak kembali lagi pada temuan awal, yaitu prioritas kesehatan signifikan lebih dominan ketimbang perekonomian.

-Dalam situasi ini, fokus pemulihan perekonomian bisa menjadi semakin sulit. Publik menginginkan prioritas kesehatan diutamakan, akan tetapi PSBB lebih diharapkan agar dihentikan ketimbang dilanjutkan, agar perekonomian bisa segera berjalan.

-Tensi pemberitaan terkait pandemi harus bisa dikurangi, kekhawatiran publik terhadap COVID-19 sangat besar, tapi mayoritas hanya sedikit atau tidak khawatir sama sekali.

-Hampir semua warga menilai COVID-19 mengancam pada kesehatan dan perekonomian publik, tapi terutama terhadap perekonomian, mayoritas menilai sangat mengancam, 55.4%. Sementara terhadap kesehatan, publik lebih yakin terhadap kesehatan personal.

 

Sumber: Indikator. [] Hari

 

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top