Rektor IPB: Melupakan Hablum Minal Alam Menyebabkan Bencana di Mana-mana
BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Kita seringkali melupakan hubungan manusia dengan alam (hablum minal alam). Hubungan dengan alam ini jarang kita ungkap. Oleh karena itu relasi dominasi manusia atas alam, berujung kerusakan alam.
Hal ini dikemukakan Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria dalam webinar membedah buku karya, Prof Dr Hadi S Alikodra berjudul Era Baru Konservasi yang salah satunya berisi tentang Ekosofi, Rabu (3/2/2021).
Dalam kesempatan itu, Prof Alikodra yang merupakan Guru Besar IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan), Prof Dr Hadi S Alikodra menyampaikan, bahwa kondisi bumi saat ini sedang sakit kronis.
Hal ini terbukti dengan banyaknya bencana alam yang terjadi. Tidak hanya di dalam negeri namun juga terjadi di seluruh dunia.
“Untuk itu, dibutuhkan upaya umat untuk membumikan ekosofi atau ecologycal philosophy, sebuah Era Baru Konservasi,” kata Prof Alikodra, dalam siaran pers IPB University kepada BOGOR-KITA.com.
Prinsip ekosofi, katanya, merupakan filosofi keseimbangan yang bijak berlandaskan kesatuan utuh tiga dimensi, yaitu intelektual, spiritual, dan emosional.
Prof Arif Satria menyampaikan beberapa hal menarik terkait ekosofi.
Agama-agama di dunia sudah berbicara tentang ekologi, sebuah kerangka etik interaksi dengan alam. Hanya saja persoalannya selama ini adalah eksistensi kita selalu dikaitkan pada dua hal. Yaitu hubungan manusia dengan manusia (hablum minanas) dan hubungan manusia dengan Allah (hablum minAllah).
“Kita seringkali melupakan hubungan manusia dengan alam (hablum minal alam). Hubungan dengan alam ini jarang kita ungkap. Oleh karena itu relasi dominasi manusia atas alam, berujung kerusakan alam,” ucapnya.
Prof Arif mengatakan, buku Era Baru Konservasi karya Prof Alikodra ini menjadi penting agar ekosofi masuk dalam kerangka yang membumi.
Dalam pengelolaan sumberdaya alam, Prof Arif menyebutkan ada tiga pilar yang harus digunakan. Yaitu pilar normatif, pandangan tentang dunia atau world view dan kognitif atau pilar ilmu.
“Dalam pilar normatif ini siapa yang mengisi. Yakni siapa yang dominan maka akan berdampak ke pilar regulatif, wujud dari world view. Apabila ekosofi ini sudah menjadi world view atau paradigma, maka kebijakan-kebijakan pun akan diisi oleh kebijakan pro lingkungan dan yang ke tiga adalah pilar kognitif atau pilar ilmu. Sehingga diperlukan reideologi atas alam. Etika tidak hanya berlaku untuk manusia tapi juga etika berlaku untuk alam,” tambahnya
Lebih lanjut ia menyampaikan semua agama menggali nilai-nilai dasar kerangka etik. Perlu dorongan agar khutbah pemuka agama bisa bicara tentang perubahan iklim dan kaitannya hubungan manusia dengan alam. Selain itu juga diperlukan reorientasi policy, kebijakan-kebijakan yang menghijaukan serta ilmu-ilmu tentang green sains.
Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup, Wiratno, dalam tanggapannya menyampaikan buku ini mencakup hampir semua aspek analisis. Mulai dari satwa liar, pembangunan berkelanjutan, konflik pembangunan, sumberdaya alam, etika dan moral lingkungan, ekosofi, kehidupan berkelanjutan dan sebagainya.
Turut serta memberikan tanggapan terhadap buku Era Baru Konservasi adalah Sarwono Kusumaadmadja (Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia), Aca Sugandi (Anggota Dewan Pertimbangan Kalpataru), Dr Nyoto Santoso (Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, IPB University). [] Admin