Potensi Cendawan dalam Menjaga Kesehatan Hutan dan Lingkungan
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Guru Besar IPB University Prof. Dr. Ir. Elis Nina Herliyana mengungkapkan potensi besar cendawan dalam menjaga kesehatan hutan dan lingkungan.
Sejak ribuan tahun yang lalu, cendawan telah menjadi “lawan” sekaligus “kawan” bagi manusia. Dunia cendawan mencakup khamir, kapang, dan jamur, yang masing-masing memiliki karakteristik unik dan peran penting dalam ekosistem.
“Khamir adalah kelompok cendawan eukariotik uniseluler yang bisa menjadi filamen dalam kondisi tertentu. Kemudian Kapang adalah cendawan berfilamen mikroskopis dengan hifa dan miselium. Sedangkan jamur memiliki tubuh buah yang bisa dilihat dengan mata telanjang,” ucap Prof Elis konferensi pers pra orasi ilmiah Guru Besar aiPB University pada Kamis (20/6/2024).
Dengan keragaman hayati yang sangat tinggi, lanjut Prof Elis, cendawan menempati posisi kedua setelah serangga. Diperkirakan terdapat sekitar 1,5 juta spesies cendawan di Bumi, namun hingga kini hanya 7-10% yang telah diidentifikasi dan dikoleksi.
“Indonesia sebagai kawasan tropis, diyakini memiliki tingkat keragaman cendawan yang lebih tinggi dibanding kawasan non-tropis. Cendawan di hutan tropis dapat dikelompokkan menjadi cendawan patogen, cendawan saprobit, cendawan mikoriza, dan cendawan endofit,” ungkapnya.
Menurutnya, cendawan tidak hanya berperan sebagai penyebab penyakit pada tanaman hutan, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem hutan dan sebagai sumber ekonomi. Peran cendawan sebagai patogen dapat menyebabkan kerugian besar, namun peran positifnya jauh lebih besar.
“Bioprospeksi mikroba penting untuk kesehatan hutan dan lingkungan, melibatkan eksplorasi, klasifikasi, dan penelitian senyawa kimia, gen, protein dan mikroorganisme dengan nilai ekonomi,” katanya.
Cendawan patogen sebagai penyebab penyakit hutan telah banyak dilaporkan dan menyebabkan kerugian besar pada berbagai komoditas kehutanan di Indonesia.
Di sisi lain, cendawan juga berperan sebagai dekomposer kayu dan serasah hutan, serta sebagai penyedia pupuk melalui hubungan simbiotik dengan akar pohon, dikenal sebagai mikoriza. Cendawan endofit, termasuk Dark septate endophytes (DSE), juga berpotensi sebagai penyedia pupuk.
“Salah satu cendawan yang potensial sebagai agen pengendalian hayati adalah Trichoderma spp, yang efektif dalam mengendalikan patogen Ganoderma pada sengon. Selain itu, lebih dari 600 jenis jamur memiliki potensi sebagai bahan pangan, dengan sekitar 200 jenis sudah dimanfaatkan dan 35 jenis dibudidayakan secara komersial,” jelasnya.
Dalam bioteknologi produk hutan, kata Prof Elis, cendawan memiliki potensi besar dalam proses biopulping dan biobleaching untuk produksi pulp dan kertas yang lebih ramah lingkungan. Cendawan Fusarium juga dimanfaatkan untuk menghasilkan kayu beraroma gaharu yang bernilai ekonomi tinggi.
Selain itu, mikoremediasi atau pengolahan limbah menggunakan cendawan telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir, dengan banyak cendawan ditemukan mampu mendegradasi senyawa berbahaya dan beradaptasi di berbagai ekosistem ekstrem.
“Pengembangan teknologi pengeringan dan formulasi bumbu berbasis jamur semakin membuka peluang ekonomi dari cendawan,” tutupnya. [] Ricky