Opini: Harapan Aji Jaya Bintara untuk menjadi Calon Wali Kota Bogor Terancam Kandas
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Eskalasi politik Kota Bogor menjelang pilkada 2024 sudah semakin menunjukkan kemajuannya. Terutama pada “bandul” politik partai Gerindra.
Sosok Aji Jaya Bintara yang sebelumnya disebut-sebut akan mengantongi rekomendasi dari partai Gerindra, karena mengeklaim relasinya yang cukup dekat dengan Prabowo. Namun pada perkembangan dinamika politik beberapa hari terakhir, nampaknya Aji Jaya Bintara terancam gagal untuk mendapatkan rekomendasi dari partai Gerindra tersebut. Sekaligus berpotensi menghentikan asa Aji Jaya Bintara untuk mengikuti kontestasi pada pilkada 2024 mendatang.
Dengan demikian figur-figur yang berpotensi mendapatkan rekomendasi dari partai Gerindra untuk menjadi calon walikota dan wakil Wali Kota Bogor sudah semakin terpetakan secara jelas.
Kondisi ini tergambarkan pada beberapa momentum.
Pertama, undangan DPD Gerindra Jawa Barat.
Hanya lima orang yang diundang DPD Gerindra Jawa Barat sebagai lanjutan proses penjaringan bakal calon walikota dan wakil Wali Kota Bogor.
Dua dari internal partai Gerindra adalah Jenal Muttaqin dan Sopian.
Sedangkan dari luar kader partai ada tiga orang, yaitu Dedi A Rachim, Rayendra dan Sendi.
Tidak ada nama Aji Jaya Binntara dalam undangan tersebut. Dengan kata lain Aji Jaya tidak dihitung sebagai bakal calon walikota dan Wakil Wali Kota Bogor yang akan direkomendasikan oleh partai Gerindra.
Kedua, tingkat elektabilitas.
Hasil survei terakhir dari lembaga survei Indikator, tiga nama yang mengikuti penjaringan di partai Gerindra mendapat elektabilitas teetinggi dari nomor urut satu sampai tiga. Nomor urut satu Dedie A Racim, disusul Dr. Rayendra dan di urutan ketiga ada Sendi.
Dari simulasi 5 nama, dua nama yang mengikuti penjaringan di partai Gerindra yaitu Jenal Muttaqin dan Sopian tidak muncul dalam hasil survei tersebut.
Termasuk Aji Jaya yang sama sekali tidak masuk radar survei tersebut. Dengan demikian besar kemuangkinan rekomendasi partai Gerindra akan jatuh kepada salah satu dari tiga nama tersebut. Karena secara elektabilitas sangat rasional. Walaupun tentu saja perubahan tingkat elektabilitas akan selalu dinamis sampai pada tahapan pendaftaran pasangan calon tanggal 27-29 Agustus 2024.
Ketiga, intensitas citra diri.
Ketiga nama yang masuk secara berurutan tertinggi tingkat elektabilitasnya tersebut, justru ketiganya semakin gencar menguatkan citra diri di tengah publik Kota Bogor. Entah melalui alat peraga, turun langsung blusukan maupun menghadiri berbagai forum warga. Sehingga berpotensi akan menguatkan elektabilitas ketiga sosok tersebut.
Sedangkan dua soaok dari internal partai gerindra terlihat pasif. Termasuk dalam hal ini Aji Jaya. Dengan demikian maka Aji Jaya akan semakin “tenggelam” dan berpotensi hilang daya tawarnya di mata partai Gerindra.
Dengan demikian peta politik Kota Bogor semakin mengerucut pada dua kekuatan besar jika Koalisi Indonesia Maju bisa diwujudkan di Kota Bogor dalam pilkada dan satu lagi kekuatan yang berpotensi dibangun oleh PKS. Namun juga berpotensi menjadi 3 kekuatan bandul politik jika partai Gerindra tidak bergabung dengan PAN, Golkar dan Demokrat yang saat ini disebut-sebut sudah mengusung Dedie A Rachim sebagai calon Walikota Bogor. [] Oleh Yusfitradi/Pengamat Politik LS Visi Nusantara