Kab. Bogor

Kyai Kuat Santri Sehat

Oleh: Ocid Quro

(Pesepeda dan Penulis Lepas)

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Mengusung tema “Santri Sehat Indonesia Kuat” kali ini Kementerian Agama memperingati Hari Nasional (HSN) 2020 yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober. Isu kesehatan tersebut diangkat mengingat fakta pandemi virus corona Covid-19 yang masih berlangsung sampai hari ini dan belum diketahui pasti kapan berakhirnya.

Tidak seperti pada umumnya, di tengah semua jenis dan jenjang lembaga pendidikan non-pesantren beralih sementara dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh (daring), sejumlah pesantren tetap keukeuh melaksanakan program pendidikan seperti real normal.

Sepanjang sejarah, pesantren memang hadir laksana rumah berskala besar. Tidak semata menyelenggarakan kegiatan belajar tatap muka antara guru dan murid, pesantren menjamin kehidupan dan segala hajat masyarakat yang hidup di dalam naungannya. Tentu membuka pesantren di tengah berlangsungnya pandemi disiasati dengan mengisolasi mandiri berskala kecil dengan tetap berdisiplin menjaga protokol kesehatan.

Karena demikian pentingnya kesehatan, ia tidak dapat dibeli seperti obat ketika terserang sakit maka kesehatan demikian berharga. Dalam buku Health & Wellness (1979) Gordon Edlin & Eric Golanty mengatakan bahwa kesehatan jasmani dapat dirumuskan sebagai: terbebasnya badan dari berbagai penyakit. Namun keduanya meluaskan lagi bahwa kesehatan mencakup berbagi aspek yang meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang baik. Karenanya Gordon dan Eric mengenalkan bahwa kesehatan dapat diukur melalui 5D yaitu Death (kematian), Desease (penyakit), Discomfort (ketidaknyamanan), Disability (ketidakmampuan), and Disatisfaction (ketidakpuasan).

Baca juga  Ade Yasin Minta Pesantren Jadi Bagian Solusi Terhadap Permasalahan Sosial

Berangkat dari ukuran kesehatan 5D dari Gordon dan Eric tadi, saya melihat pesantren sebagai rumah besar bagi santri dan kyai memiliki perhatian besar dalam menjaga kesehatan bersama, baik jauh sebelum maupun ketika pandemi melanda seperti sekarang ini. Karena nyantri itu bukan semata bersekolah melainkan menuntut ilmu agama dan juga menyerahkan jiwa raga dalam kurun waktu tertentu.

Penyakit yang mendera jasmani (Desease and Disabilty) tentu akan demikian mudah diketahui dan segera ditangani oleh pengurus pesantren karena hidup dalam ruang dan waktu yang sama dan terikat. Sebagai cara menjaga kesehatan berkegiatan olahraga juga bisa dilakukan dengan fasilitas yang ada atau seada-adanya.

Untuk penyakit rohani (Discomfort and Disatisfaction) sendiri, justru pesantren menjadi ladang bagi kerohaniaan itu. Segala bentuk aktivitas ibadah yang cara, waktu, atau kadarnya telah ditetapkan Allah SWT dan Rasulullah SAW (mahdhoh) maupun amal kebaikan (ghoiru mahdhoh) ditanamkan dalam aturan disiplin berkegiatan selama nyantri berdasarkan keputusan kyai, pemimpin dan pengasuh pesantren. Sampai ada di sejumlah pesantren yang menyisipkan kegiatan riyadhoh dalam ritualitas ibadah hariannya.

Baca juga  Zentoni Sorot Peran Pengawas Proyek Jalan Pondok Udik – Karihkil Bernilai Rp4 Miliar

Bagaimana dengan kematian sebagai tanda berakhirnya kesehatan? Bagi kalangan santri kematian tidak lagi menjadi hal yang menakutkan. Nyantri demikian menyerahkan jiwa raga merupakan bagian dari beribadah yang juga bersiap menghadapi segala hal. Terlebih ada hadis yang menegaskan tentang itu.

Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa  keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali.” (HR. Tirmidzi)

Kyai sebagai figur utama, pembentuk dan pengendali kuasa pesantren adalah buah kedudukan dari proses nyantri sebelumnya. Artinya untuk menjadi seorang Kyai telah melalui banyak fase seperti kesulitan dan kepahitan serta kesakitan lainnya, baik secara jasmani maupun rohani. Namun itu menjadi bekal yang teramat penting mengingat dalam mendirikan pesantren bukan semata gedung tapi juga membangun peradaban manusia yang hendak diarahkan kemana. Tentu sebagai lembaga pendidikan Islam sudah semestinya pesantren sejalan dengan tujuan utama syariat Islam yang pernah dikemukakan oleh Imam Ghazali yaitu menjaga dan memelihara iman, jiwa, akal, harta dan kehormatan.

Baca juga  Ade Yasin : Santri Harus Berkontribusi untuk Pembangunan dan Kemajuan Bangsa Indonesia

Perayaan Hari Santri Nasional 2020 kali ini dengan tema “Santri Sehat Indonesia Kuat” bisa menjadi remind resolusi jihad bagi para santri sebagai generasi penerus juang para Kyai. Bahwa kesehatan jasmani terlebih rohani itu demikian penting dibentuk sepanjang proses nyantri. Kelak tempaan itu akan menjadi imun dan antivirus ketika terjun mengabdikan diri pada masyarakat di Indonesia bahkan dunia.

Terakhir, yang tak bisa dipungkiri bahwa kesehatan santri juga bergantung pada kekuatan Kyai. Hari Santri Nasional seharusnya menjadi momentum para Kyai kembali kuat dalam mengasuh santri dan terus menguat sepanjang dan sampai akhir hayat. Karena dalam menghadapi permasalahan sosial kemasyarakatan dan budaya keberagamaan kepada para Kyai-lah nasib bangsa Indonesia sebagai Negara beragama juga ikut ditentukan. []

 Kyai Kuat Santri Sehat
Santri Sehat Indonesia Kuat

Selamat Hari Santri Nasional 2020

 

1 Comment

1 Comment

Leave a Reply

Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top