BOGOR-KITA.com – Mulai berkembang spekulasi mengenai permintaan Pemkot Bogor yang meminta enam kecamatan wilayah Kabupaten Bogor.
Spekulasi tersebut antara laiun dikatakan bahwa permintaan tersebut terkait dengan wilayah Cibanon. Cibanon adalah salah satu wilayah yang sempat menjadi desa tertinggal di Kabupaten Bogor, tetapi perlahan mulai diperhitungkan khususnya dari segi bisnis, pasca adanya pembangunan LRT (light rail transit).
Di masa pemerintahan Bupati Nurhayanti, Cibanon menjadi salah satu yang menjadi perhatian. Hal ini terkait dengan pembangunan LRT.
Bupati Nurhayanti ketika itu meminta desain jalur kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jakarta-Bogor diubah. Perubahan itu meliputi penambahan dan pergeseran titik transit oriented development (TOD) dan stasiun. “Kami minta ditambah satu stasiun di Gunung Putri, sedangkan Stasiun Cibinong dipindah ke Cibanon, Sukaraja,” kata Nurhayanti ketika itu.
Permintaan tersebut sudah diajukan ke Kementerian Perhubungan. Dalam permintaan itu dikemukakan bahwa Desa Cibanon terletak di sisi timur kilometer 43 jalan tol Jagorawi. Di sana PT Sumarecon Agung Tbk dan PT Olympic tengah mengembangkan kawasan kota baru seluas 400 hektare.
“Selain supaya lebih efektif, juga untuk pengembangan wilayah baru di Kabupaten Bogor,” kata Nurhayanti. Dia menambahkan, “Kelak stasiun LRT Jakarta-Bogor meliputi Cawang, Cibubur, Gunungputri, Sentul, Cibanon, Baranangsiang.”
Menurut Nurhayanti, Kementerian Perhubungan merespons positif dengan menyarankan Kabupaten Bogor mengubah konsep transportasinya, supaya segera dimasukkan dalam Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) 2030.
Kepala Bidang Angkutan pada Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, Dudi Rukmayadi, ketika itu juga mengatakan mengatakan, ada tiga wilayah yang masuk perpanjangan jalur LRT, yakni Cibanon Sukaraja, Gunungputri dan Sentul City. LRT sendiri merupakan salah satu dari tiga program yang dibahas dalam RITJ, selain Transit Oriented Development (TOD) dan Park and Ride.
“BPTJ masih bahas RITJ-nya sepertinya apa, baik untuk basis rel dan jalan. Nah, kami juga sama, kajian RITJ dibahas tahun ini. Misal kalau soal LRT, basis rel, LRT-nya kan dari dari pusat, nah kami soal penunjangnya,” katanya saat ditemui Metropolitan di kantornya, akhir pekan lalu.
Kajian RITJ wilayah Kabupaten Bogor yang dilakukan tahun ini membahas integrasi berbagai moda transportasi yang dijalankan BPTJ. Sehingga diharapkan pada 2020 hasil kajian itu menjadi dasar program Sistem Angkutan Umum Masal (SAUM) untuk pengelolaan dan pengadaan moda transportasi.
Namun dari tiga lokasi pemberhentian LRT di Bumi Tegar Beriman, baru lokasi di Cibanon, Kecamatan Sukaraja yang sudah ditentukan titik mana yang akan digunakan. Sedangkan untuk Gunungputri dan Sentul City baru ditentukan wilayahnya, belum pada titik pasti di mana.
Ada lahan fasilitas sosial dan fasilitas umum (fasos-fasum) dari Sumarecon di Cibanon yang akan dimanfaatkan Pemkab Bogor untuk sarana transportasi, di antaranya LRT. “Tahun 2019 ini juga sudah serah terima dari Sumarecon itu. Kalau yang dua lagi, belum ada. Cibanon lebih dulu mungkin menyesuaikan rencana pelebaran jalur jalan Puncak ya. Jadi pelebaran beres, nah Cibanon juga bisa berfungsi jadi sarana transportasi,” paparnya.
Kajian RITJ Kabupaten Bogor tahun ini untuk memastikan titik lokasi di dua tempat LRT itu. Sehingga ditargetkan pada 2021 sudah bisa masuk rencana Detail Engineering Design (DED) skala RITJ. Pihaknya menargetkan dalam lima tahun program SAUM dari Kabupaten Bogor, untuk LRT, TOD dan Park and Ride sudah bisa berjalan.
Namun pada prinsipnya, program SAUM sebagai turunan dari program RITJ itu tidak akan mengganggu sistem transportasi angkutan yang sudah berjalan. “Makanya tahun ini bahas kajian, tahun depan itu bahas kelembagaan pengelolanya, lalu dilanjut 2021 penunjangnya sudah ada, sudah clear tahun itu masuk DED,” ungkapnya. [] Admin/Pkr