BOGOR-KITA.com – Jalan KH. Abdullah Bin Nuh sampai gerbang masuk Perumahan Yasmin makin hari makin ramai. Tak pelak ketertiban mulai terancam. Pedagang kaki lima (PKL) mulai menguasai hampir seluruh trotoar di kedua sisi jalan raya.
“Jalan kaki tidak bisa lagi melalui trotoar, harus melalui jalan raya,” kata Ridwan Umar yang setiap Sabtu dan Minggu sore jogging dengan rute dari Perumahan Bukit Cimanggu City di Jalan Soleh Iskandar, belok ke Jalan KH. Abdullah Bin Nuh, masuk ke Perumahan Taman Yasmin, lalu kembali Perumahan Bukit Cimanggu City melalui jalan memotong.
Ridwan mengaku sudah terbiasa dengan keramaian di KH. Abdullah Bin Nuh. Namun, pada Sabtu (6/10/2018) sore, Ridwan merasa kesal, karena dia diklakson oleh pengendara roda dua.
“Saya tahu, pengendara roda dua itu merasa terhalangi oleh saya yang jogging di pinggir badan jalan. Tetapi saya tetap bertahan, karena trotoar dipakai PKL berjualan,” kata Ridwan.
Ridwan yang nota bene salah seorang pejabat di salah satu kantor pemerintah di Jakarta, kemudian memuntahkan kekesalannya.
“Mengapa Satpol PP Kota Bogor tidak menertibkan PKL yang berjualan di trotoar. Apa mereka tidak melihat fenomena trotoar yang dikuasai PKL? Atau jangan-jangan Satpol PP di sekitar Yasmin main mata dengan PKL,” kata Ridwan dalam percakapan dengan BOGOR-KITA.com di sebuah cafe di gerbang masuk Perumahan Yasmin seusai jogging.
Sepanjang Jalan KH. Abdullah Bin Nuh, mulai depan Rumah Sakit Hermina sampai Giant keberadaan PKL terutama PKL yang berjualan makanan, memang cukup menonjol. Sebagian badan jalan jadi area parkir kenderaan roda dua maupun roda empat.
Pusatnya berada di gerbang masuk Perumahan Yasmin. PKL di sini sepenuhnya memanfaatkan trotoar untuk berjualan, baik di sisi kanan Giant maupun trotoar depan Giant.
Pejalan kaki nyaris tidak bisa masuk trotoar yang sudah dikuasai PKL. Persis di gerbang masuk Perumahan Yasmin, PKL malah tidak hanya menguasai semua trotoar, tetapi ada yang merangsek menggunakan pinggir badan jalan raya.
Situasinya makin ramai karena arus kendaraan di sini cukup padat, ada yang memutar, maupun yang masuk atau keluar Perumahan Yasin.
Ridwan mengemukakan, Walikota Bogor Bima Arya seharusnya menertibkan PKL tersebut. Mumpung belum riuh seperti PKL di Jalan Dewi Sartika. Kalau sudah seperti PKL di Jalan Dewi Sartika atau sudah seperti PKL di Jalan Suryakencana, akan sulit melakukan penertiban.
“PKL di sepanjang Jalan KH. Abdullah Bin Nuh ini masih mudah ditertibkan karena belum terlalu banyak. Bima Arya cukup memerintahkan Satpol PP untuk menertibkan, dan tentu saja harus mengawasi mereka jangan sampai main mata dengan PKL,” kata Ridwan sambil menyebut pengalaman Jokowi menertibkan PKL Pasar Minggu Jakarta. PKL di Pasar Minggu, kata Ridwan, selalu gagal ditertibkan. Gubernur silih berganti tetapi PKL tak kunjung tertib. Ketika Jokowi (Gubernur DKI) turun, PKL mulai tertib. Ketika Jokowi menegur Satpol PP yang berada di lapangan tetapi tidak melakukan apa-apa terhadap PKL yang kembali berjualan di sembarang tempat, situasinya berubah cepat.
“Menurut saya masalahnya ada pada penegakan hukum yang dikendalikan Satpol PP. Karena itu Bima Arya cukup mengawasi Satpol PP saja,” tandas Ridwan.
Ridwan menambahkan, percuma Bima Arya mempercantik Kota Bogor seperti Jalan Sureyakencana, sementara kawasan lain seperti di Jalan Abdullah Bin Nuh dibiarkan berkembang menjadi tidak tertib.
Ridwan menegaskan, dirinya sangat menghargai upaya PKL mencari nafkah. “Tetapi antara mencari nafkah dan ketertiban adalah dua hal yang berbeda. Mencari nafkah terkait dengan inovasi sedangkan ketertiban terkait dengan penegakan hukum,” katanya.[] BK-1