Profil

Iwan Darmawan, Hasil Ngamen Berbuah Dekan Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor

BOGOR-KITA.com – Kisah orang biasa yang kemudian berkembang menjadi orang ‘tidak biasa’ selalu menarik perhatian. Itu pula yang mendorong BOGOR-KITA.com mengangkat kisah Iwan Darmawan, yang semula dikenal sebagai pengamen, kini menjadi seorang intelektual dan menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor.

Percakapan dengan BOGOR-KITA.com di ruang kerjanya yang apik di Universitas Pakuan, Kota Bogor, Sabtu (28/3/2015),  beberapa kali terpotong oleh tamu. Bukan cuma mahasiswa yang berurusan dengan satuan kredit semester atau skripsi, tetapi juga tamu yang sudah dikenal di masyarakat. Sebut misalnya mantan Kepala Kejaksaan Negeri Cibinong, Dr Mia Amiati. Dr Mia yang sekarang pindah ke Jawa Tengah, bukan jaksa sembarang jaksa. Dr Mia yang meraih gelar doktor bidang hukum dari Universitas Padjajaran Bandung, juga dikenal karena tema tesisnya yang “menakutkan”, berjudul, “Penerapan Konsep Ajaran Penyertaan Terhadap Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia.”  Tesis Mia “menakutkan” karena seorang atasan tidak hanya harus ditindak karenna melakukan korupsi, tetapi juga harus ditindak apabila mengetahui adanya praktik korupsi atau dia mempermudah, membantu dan memberi sarana hingga terjadi tindakan korupsi yang dilakukan bawahannya. “Ibu Mia Amiati ngajar di sini setiap Sabtu,” kata Iwan.

Ngamen

Tekad kuat, rasa percaya diri dan tidak mengenal istilah minder karena miskin. Ini sudah pasti dimiliki Iwan Darmawan. Ayahnya asli Garut dan Ibu asli Ciamis, sejak tamat SMA Iwan sudah minggat dan merantau ke Sukabumi. Tekadnya menjadi intelektual sudah terpatri sejak kecil. Iwan tak putus asa, walau berkali-kali ibunya menceritakan kondisi keuangan yang tidak memungkinkan. “Gunung Salak itu  tanda Tuhan Maha Besar. Kalau Tuhan mau semua akan tejadi,” begitu selalu dikemukakan Iwan menjawab ibunya. Dengan keyakinan Tuhan Maha Besar, Iwan bergerak.

Baca juga  Setahun Bima-Usmar, Iwan Darmawan: Introspeksi dari Kasus Baranangsiang dan Pasar Jambu Dua

Ia menjalankan profesi sebagai pengamen dari satu bus ke bus yang lain. Ia kemudian  bergabung dengan pengamen di Terminal Baranangsiang, Kota Bogor.

Mengapa saya mengamen? Karena Elvis Preslay awalnya ngamen. “Iwan Fals juga awalnya ngamen,” kata Iwan yang selalu menyanyikan lagu-lagi Iwan Fals saat mengamen. Iwan Fals sekaligus menjadi idola Iwan.

Terminal Baranangsiang ini pula yang mengenalkan Iwan dengan Universitas Pakuan. Ketika itu, cerita Iwan, ada sticker, penerimaan mahasiswa baru, Fakultas  Hukum. “Saya bulatkan tekad, kumpulkan uang hasil ngamen, ketika itu tahun 1988, saya mendaftar,” kata Iwan yang kelahiran tahun 1968.

Setelah mendaftar, Iwan meminta restu ibunya. “Saya katakan, mohon doa restu, sudah mendaftar kuliah. Tetapi tidak di fakultas kedokteran, melainkan di fakultas hukum,” kata Iwan, seraya menambahkan ibunya menginginkannya menjadi dokter.

Praktis, seluruh biaya kuliah diperoleh dari hasil ngamen. “Membaca buku juga di Terminal Baranangsiang,” kata Iwan yang ganderung membaca buku biografi orang besar.

Kuliah Iwan bukan hanya berjalan mulus, tetapi juga memperoleh hasil sangat memuaskan tanpa cela, karena selalu behasil meraih angka indeks prestasi 4,0.

Iwan tidak pernah merasa malu menjadi pengamen. Bukan hanya teman-teman kuliahnya yang pernah melihatnya mengamen, tetapi juga Bintatar Sinaga yang dikenal sebagai pakar hukum Bogor, sekaligus dosen senior Fakultas Hukum Universitas Pakuan. Pertemuan dengan Bintatar terjadi saat Iwan mengamen di salah satu bus. “Pak Bintatar kebetulan naik bus yang sama. Dia duduk di belakang. Ketika saya sapa, Pak Bintatar menanyakan kelanjutan kuliah saya,” kata Iwan.

Baca juga  Bayu Mukti Anggara, Berhasil Buka Potensi Sumber Daya Perikanan Indonesia di Pasar Ekspor Global

Pertemuan dengan Bintatar itu membawa berkah tesendiri. Pasalnya, Iwan yang sudah menyelesaikan seluruh mata kuliah, demikian juga tugas akhir sudah diselesikan, tinggal maju sidang, tetapi tak kunjung dipanggil. “Setelah bertemu Pak Bintatar saya maju, dan tamat, menyandang gelar sarjana hukum,’ tutur Iwan.

Dekan

Selesai meraih gelar sarjana hukum, Iwan tak berhenti. Dunia kampus terus ia geluti. Ia mendaftar ke strata dua (S2). Sejak itu, kehidupan intelektualnya kian bergelora. Selain menjadi dosen di fakultas hukum di almamaternya, Iwan juga mengajar di Fakultas Hukum Universitas Nasional, Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, Iwan mengajar filsafat hukum.

Kini Iwan menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Pakuan. Ia menekuni tanggungjawabnya sambil kuliah program doktor (S3) di Pascasarjana Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Ia tidak saja harus mengelola administrasi fakultas yang dipimpinnya, tetapi juga bergaul dengan sejumlah pakar hukum, seperti Mia Amiati, Yusril Ihza Mahendra dan lain sebagainya. “Pak Yusril juga sering memberikan kuliah umum di sini,” kata Iwan.

Profesi sebagai pengamen sudah tentu harus ditinggalkan. Tetapi aktivitas menyanyi terus berlanjut, karena sudah menjadi hobi. Iwan memang pula sudah menciptakan sejumah lagu. Lagu-lagu ciptaannya itu, belakangan bahkan direkam dan dijadikan album yang diberi nama, Law in Art. Penyanyinya, 32 orang, semua orang Universitas Pakuan. Album ini memperoleh Rekor MURI katagori penyanyi terbanyak dalam satu album.

Baca juga  Tekad Umang, Tunanetra di Cigombong Usaha Besek Ikan Meski Dalam Keterbatasan

“Semoga upaya yang digagas oleh Saudara Iwan Darmawan SH., HM, seorang seniman yang kini menjabat Dekan Fakultas Hukum Universitas Pakuan dengan menjalin kerjasama dengan berbagai kalangan (alumni, dan Studio Kamal Bogor), dapat memberikan nilai tambah bagi pengembangan Fakultas Hukum Universitas Pakuan ke depan, serta memberikan inspirasi dan motivasi bagi kalangan fakultas dan unit kerja lain di lingkungan Universitas Pakuan  dalam menghasilkan kreasinya,” kata H Subandi Al Marsudi, SH., MH., dalam sambutannya pada album Law in Art.

Sementara Rektor Universitas Pakuan, Dr H Bibin Rubini M.Pd mengatakan, “Semoga dengan Law in Art diharapkan menjadi wadah berkomunikasi yang baik dan positif  serta bersinergi di antara civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Pakuan yang dapat memberikan suasana nyaman, kondusif serta menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan etos kerja dan humanisme yang baik dalam rangka olah pikir, olah rasa dan estetika.”

“Semoga karya kecil ini bisa menjadi suatu yang berguna untuk kemajuan Fakultas Hukum Universitas Pakuan dalam merangkai cerita dan kenangan yang indah seperti pelangi dengan warna-warni yang menghiasi langit hati,’ tulis Iwan di cover album yang sama, smbil tak lupa beterima kasih kepada Yang Maha Kuasa dan pihak lain yang mendukung. [] Petrus Barus

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top