Laporan Utama

Framing Berita Tokoh, Menentukan Elektibilitas Calon Kepala Daerah

BOGOR-KITA.com – Kuatnya pengaruh pembentukan opini publik di media massa mampu memposisikan dan membentuk persepsi umum tentang seorang tokoh di hadapan khalayak. Oleh karenanya, keterkenalan seseorang, baik dalam arti positif maupun negatif, pada dasarnya merupakan konstruksi media. Pernyataan ini disampaikan Rahadi T. Wiratama, peneliti LP3ES, kepada Bogor-kita.com, di Bogor, Jumat (5/12/2017).
Hampir mustahil ada opini publik tanpa media massa. Persepsi publik terhadap sebuah peristiwa dibentuk oleh media. “Tidak ada opini publik tanpa media massa. Segala denyut kehidupan masyarakat akan ditangkap oleh media massa dan disebarluaskan secara massif ke khalayak. Agregat informasi dari apa yang disebarluaskan media massa itulah yang akan membentuk opini publik,” ujarnya.

Baca juga  IPW: Polres Bogor Harus Profesional Sikapi Klaim Pemenang Pilkada

Sebaliknya, menurut Rahadi, mereka yang memahami kuatnya media membentuk persepsi publik secara sadar juga kerap menggunakan media sebagai sarana untuk menyebarluaskan informasi agar khalayak dapat menangkap pesan yang dimaksud serta mengambil posisi yang sejalan dengan pemberi pesan.

Rahadi memberi ilustrasi bahwa fungsi kehumasan di berbagai organisasi kerja pemerintah maupun swasta akan mandul jika tidak ditopang oleh keberadaan media massa.

Kontestasi Politik dalam Framing Media

Ia menjelaskan, biasanya pembentukan opini publik di media biasanya lebih punya daya tarik mana kala terjadi event politik seperti pemilu ataupun pemilihan kepala daerah. “Kontestasi politik kerap menjadi informasi menarik bagi khalayak. Keingintahuan publik terhadap para tokoh yang berkontetsasi dalam event seperti Pilkada biasanya cukup tinggi,” imbuhnya.

Baca juga  Pilkada Sukabumi, Pariwisata dan Pertanian Prioritas Pasangan Marwan- Iyos  

“Dalam beberapa studi kasus yang kami lakukan terhadap pola-pola pemberitaan media terlihat bahwa tingkat baca publik untuk mengetahui informasi yang lebih dalam tentang para calon umumnya mengalami kenaikan,” tambahnya.

Kecenderungan ini, pada sisi lain, membuat para kontestan juga memiliki kiat-kiat khusus atau strategi tertentu dalam mengemas dirinya untuk dijajakan ke publik melalui media massa. Menurut Rahadi, tidak banyak kontestan dalam pilkada yang dapat mengemas isu melalui media yang dapat menjadi daya tarik bagi khalayak.

“Meski secara kuantitatif mereka sering tampil di media, namun karena kemasan isunya kurang memiliki daya tarik, mereka hanya terkenal tapi tidak electable,” paparnya.

Menurut Rahadi, kemampuan seorang kontestan dan tim pendukungnya untuk mengenali pola, isu serta berbagai angle pemberitaan seputar kontestasi politik akan sangat membantu untuk menemukan strategi media yang pas.

Baca juga  Plt. Bupati Bogor Bersama DPRD Sepakati Perubahan KUA-PPAS 2022

“Jika ingin berhasil dalam meraih popularitas dan elektabilitas, kuncinya terletak pada kemampuan membaca dan memahami arah, pola, konten dan frekuensi berita, dan tentunya kemampuan mengemas atau membuat framing berita,” pungkasnya. [] BK-1

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top