Bima Arya di Konferensi Internasional "Unity in Diversity" di Florence, Italia
BOGOR-KITA.com – Keberagaman adalah pemberian dan keniscayaan, sementara persatuan adalah pilihan dan kesepakatan. Menjadikan pemberian sebagai kesepakatan dan komitmen adalah hal yang tidak mudah. Itulah tantangan di Kota Bogor. Demikian papar Walikota Bogor Bima Arya pada konferensi internasional "Unity in Diversity" di Florence, Italia, Jum'at (6/11/2015).
"Harus diakui di kota kami, potensi konflik atas nama agama bukannya tidak ada. Adalah tugas saya untuk mengantisipasi konflik terjadi, baik melalui proses dialog maupun pendekatan keamanan," ujar Bima. Tantangan ini, tidak hanya berupa keragaman lokal yang sudah lama ada, tetapi juga terkait munculnya ideologi baru yang bersifat transnasional.
"Menjaga harmoni dan keseimbangan adalah tugas terberat seorang walikota. Ada kalanya pilihan yang tersedia bukanlah pilihan ideal, sehingga walikota harus mengambil tindakan dengan menghitung dampak kerusakan yang paling minimal dari kebijakan yang dipilih," ungkap Bima.
Keberagaman di Kota Bogor sendiri, Bima mencontohkan, dirawat melalui berbagai momentum perayaan yang sudah mengakar dan menjadi tradisi. Misalnya melalui berbagai perayaan seni yang menyatukan warganya. "Persatuan yang kami nikmati hari ini, adalah buah dari prinsip Gotong Royong yang menjadi nilai fundamental yang menjadi penopang berdirinya Negara Indonesia," jelas Bima yang sudah menjabat Walikota Bogor selama 1,5 tahun. Hal ini tidak lain karena menurutnya Walikota pun tidak bisa berdiri sendiri. "Membuka ruang dialog dan kerjasama antara pemimpin agama adalah suatu keharusan," tegasnya.
Di akhir pidato, Bima menyampaikan keinginan Kota Bogor untuk terus belajar dari kota-kota lain di dunia untuk membangun demokrasi dan merawat keberagaman. "Karena masa depan hanya dimiliki oleh siapa yang belajar dari kegagalan dan kecemerlangan masa lampau dan bersiap menjemput harapan di masa depan," pungkasnya. [] Admin